3. Â Analisis tantangan
- Tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:
- Memahamkan dan mengerahkan seluruh ekosistem agar terlibat aktif dalam program sekolah yang berdampak kepada murid.
- Menjaga kesinambungan program dalam menumbuhkembangkan student agency.
- Dukungan yang memadai dari seluruh komunitas tri senta pendidikan.
4.  Alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
- Alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam mengahdapi tantangan :
- Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah dan pemangku kepentinagan dalam perencanaan program yang berdampak positif pada murid sehingga mendapat masukan dan dukungan agar seluruh ekosistem terlibat aktif.
- Menumbuhkan budaya posistif melalui kesepakatan kelas guna mendukung keberlangsungan program.
- Melakukan pendekatan dengan trisentra pendidikan melalui diskusi program maupun sosialisasi.
Â
C. Â Membuat keterhubungan
1. Â Pengalaman masa lalu
Modul 3.3 dengan modul sebelumnya sangat berkaitan karena dalam membuat program sekolah tersebut akan melibatkan seluruh elemen sekolah dan pihak-pihak terkait.
1. Â Keterkaitan dengan modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Program sekolah yang berdampak kepada murid sangat mendukung murid agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupannnya sebagai masyarakat sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman karena modul 3.3 ini mengajarkan bagaimana mengajak murid untuk terlibat aktif dan berorientasi pada pengmbangan potensi dan kepemimpin murid melalui pembelajaran yang memerdekakan murid. Sehingga murid tidak merasa tertekan, tidak merasa diperintah namun murid memerintahkan dirinya sendiri utnuk menjalankan program dengan penuh rasa tanggung jawab.
2. Keterkaitan dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai mandiri, kolaboratif, kreatif, berpihak kepada murid dan reflektif hendaknya juga mampu merencanakan dan melaksanakan program yang berdampak kepada murid guna menumbuhkembangkan student agency. Peran guru sebagai pemimpin pembeljaran juga harus mampu mengelola program yang mewujudkan kepemimpinan murid melalui proses inquiri apresiatif BAGJA, coaching dan fasilitator.
  3.   Keterkaitan dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Guru Penggerak berpeagang teguh pada visi yang berpihak kepada murid, ia akan mampu untuk merencanakan dan mengelola program yang berdampak kepada murid, sehingga akan terwujud lingkungan belajar yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid dengan pendekatan berbasis asset dan inquiri apresiatif melalui tahapan BAGJA.
  4.   Keterkaitan dengan Modul 1.4 Budaya Positif
Program kepemimpinan murid merupakan program-program yang menumbuhkembangkan budaya positif pada murid yang akan menjadi habitual di sekolah dan lingkungan tempat tinggal murid.
5. Â Keterkaitan dengan Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Pengelaolaan program yang berdampak kepada murid harus mampu mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid , kesiapan, minat, bakat dan profil belajar murid digali melalui voice, choice dan ownership untuk dijalankan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.
  6.   Kaitan dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Diharapkan murid dapat melaksanakan program kepemimpinan murid dengan penerapan konsep mindfullness (kesadaran penuh) agar murid dapat merasa nyaman dan kondusif selama pembelajaran sehingga dapat sukses dalam berbagai area kehidupan baik secara akademik, non akademik, termasuk psikologis (wellbeing).
  7.   Kaitan dengan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
Kegiatan coaching sangat penting dilakukan sebagai Langkah menggali segala potensi dan melejiytkan kinerja murid sehingga program sekolah berdampak kepada murid dapat terwujud dan terciptanya kepemimpinan murid (student agency) murid dengan sikap kreatif, inovatif dan kritis.
  8.   Kaitan dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Dalam pengambilan keputusan proram yang akan dilaksanakan tentu dengan memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini untuk mengantisipasi ketika adanya dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif kepada murid.