"Baiklah."
Syarif menghambur menuju ayahnya. Ia semakin menjauh. Jejaknya membentuk garis lurus di atas pasir. Segera Maria disergap kesepian. Ia memalingkan wajahnya ke laut begitu Syarif menghilang dikejauhan. Di sana ia melihat ombak-ombak besar yang menyapu pasir pantai.
Peristiwa kecil di kedai
Para nelayan itu jika sedang tidak melaut banyak menghabiskan waktunya di kedai. Memesan  teh tubruk, wedang jahe, kopi hitam, hemaviton, ekstra joss, bir bintang, topi miring, arak.....
"Maria!"
"Iya, Bu."
"Kau boleh istarahat."
Baru saja hendak berbalik untuk istirahat, Maria mendengar suara Sahid terbatuk-batuk. Pura-pura batuk adalah kebiasaan khasnya. Sebelum duduk, ia akan menyapa teman-temannya yang ada di kedai. Tentu saja kebiasaannya itu sudah dihafal Maria di luar kepala. Namun tak biasa Syarif ikut serta bersama ayahnya.
"Lah, masih di sini. Kan sudah kubilang, istirahat sana!" tegur ibu. "Tapi... jika kau mau, buatkan wedang jahe untuk Syarif."
"Baik, Bu."
Dengan canggung, ia pun melangkah ke dapur untuk membuat wedang jahe. Tentu ibu sudah tahu hubunganku dengan Syarif, pikirnya. Di dapur, Maria memasak air hingga mendidih. Memasukan jahe ke dalam cangkir besar, dan menambahkan gula. Tidak butuh waktu lama untuk membuat wedang jahe.