"Kisah keluargamu memang tidak asing di kampung ini, Maria," kata Syarif memandang Maria. "Dari semua itu yang aku heran, untuk apa nenekmu membawa ibumu ke kampung ini?"
"Aku tidak tahu, Syarif. Aku tidak pernah bertanya soal itu," jawab Maria. "Dan aku tak akan pernah menanyakannya."
"Maria?"
Maria menoleh pada Syarif, "ada apa, Syarif?"
"Semalam aku bermimpi. Sungguh mimpi yang aneh," kata Syarif ragu-ragu.
"Ceritakanlah, Syarif."
"Seorang lelaki berpakaian hitam berjalan di atas ombak. Sedang burung gagak berputar-putar di sekelilingnya. Â Ada sesuatu yang akrab, tetapi sangat mengerikan di wajahnya. Saat jarak kami sangat dekat, kulihat matanya hitam memancarkan kegelapan. Dengan penuh amarah lelaki berpakaian hitam itu memenggal kepalaku. Aku terbangun dan keringat membasahi tubuhku."
"Sungguh mimpi yang aneh," kata Maria sambil memandang laut yang mengantarkan ombak-ombak besar.
"Syarif! Syarif!"
Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara teriakan. Mereka melihat Sahid  berdiri di kejauhan di antara deretan pohon nyiur. Maka dengan cepat Syarif menjawab, "iya, Ayah!"
"Waktunya menjaring ikan, Syarif!"