Mohon tunggu...
Arief Riady
Arief Riady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Sosial - Gemstone Lover

1 + 1 = ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasionalisasi Covid-19

24 Juli 2021   17:17 Diperbarui: 25 Juli 2021   06:25 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TENTANG PERMASALAHAN

Hampir 2 tahun masyarakat Indonesia terkungkung di dalam perangkap pandemi Covid 19 yang semakin lama semakin membuat banyak orang merasa bosan dan muak dengan segala bentuk berita dan informasi menakutkan, menyeramkan, dan mencekam yang didramatisir, baik yang berasal dari media elektronik atau media sosial internet. 

Sejak dari awal pandemi hingga sekarang berita dan informasi yang diterima oleh masyarakat berkutat itu itu saja, dan memang kebanyakan berita yang tersebar luas di media sosial internet bersifat toksik dan mempengaruhi mental banyak orang. Tidak heran, semakin kesini malahan membuat banyak orang yang seharus nya menjadi lebih rasional dan logis menyikapi ini, justru sebalik nya menjadi semakin paranoid dan tertutup.

Apalagi sampai kini, aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah pun tidak bisa membuat masyarakat Indonesia merasa tenang, malah yang terjadi sebalik nya  aturan-aturan yang dikeluarkan sering kali membuat masyarakat terbebani baik secara pergerakan maupun secara kehidupan ekonomi nya.

Hal ini terjadi karena masyarakat tidak mendapatkan edukasi yang baik dan jujur tentang literasi pengetahuan covid 19 ini. Edukasi yang baik dan jujur tentu nya akan membuat gelombang dan getaran positif pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.

Tidak ada nya rangkuman dan intisari dalam bentuk buku saku mengenai edukasi yang baik dan jujur tentang Covid 19 sampai sekarang menyebabkan masyarakat tidak memiliki panduan yang baku, transparan dan jujur dalam menyikapi pandemi ini dengan rasional dan logis.

Saya akan memberikan sedikit contoh ilustrasi tanya jawab mengenai permasalahan yang kerap dihadapi masyarakat luas tentang apa saja yang beredar di masyarakat melalui media sosial internet dan obrolan-obrolan pinggir jalan seputar persoalan covid 19 ini. Yang mungkin, bisa saja, harapan saya dari pihak pemerintah terkait nanti nya akan mengeluarkan semacam intisari buku saku mengenai edukasi, informasi dan permasalahan tentang pandemi Covid 19 ini dengan jujur, transparan dan mengedukasi.

TENTANG PEMAHAMAN

Sedikit pemahaman bersama yang saya jadikan semacam ilustrasi tanya jawab untuk bisa dipahami bersama,

1. Q : Apakah hanya Covid yang bisa memperparah penyakit utama yg diderita seseorang ( komorbid ) hingga meninggal?

A : Jika seseorang telah memiliki penyakit utama/bawaan yang akut/kronis seperti asma, sakit paru-paru, diabetes, ataupun ginjal maka semua virus dan bakteri apapun selain Covid yang menyerang sistem imun tubuh akan dapat memperparah penyakit utama yg diderita dan tentu nya dapat menyebabkan kematian. Virus Influenza saja ( tipe A, tipe B, H5N1, H7N9, H1N1, dll ) bisa memperparah kondisi pasien penyakit utama hingga menyebabkan kematian_

Literasi nya bisa dilihat di :
https://www.cdc.gov/flu/about/burden/faq.htm

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5369099/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4202977/

Jadi kesimpulan sebenar nya bukan hanya Covid yang bisa memperparah penyakit utama hingga menyebabkan kematian. Tentu nya banyak kasus komorbid pada rentang puluhan tahun sebelum Covid ini, tetapi yg lazim dilaporkan hanya penyakit utama nya saja sebagai penyebab kematian nya, tidak pernah disebutkan mati karena sakit flu nya atau penyerta nya. Dan persoalan nya mungkin karena tidak ada nya transparansi hasil tes lab dan visum yang nyata untuk pasien-pasien meninggal tsb

2. Q : Apakah tes swab hanya memastikan seseorang sedang terpapar Covid saja?

A : Tidak. Karena tes swab ini hanya mendeteksi ada nya spesimen virus yg ada di nasofaring. Metode ini untuk mengumpulkan uji klinis sampel dari sekresi hidung dari belakang hidung dan tenggorokan. Sampel kemudian dianalisis keberadaan organisme atau penanda klinis penyakit lainnya. Metode diagnostik ini dari dahulu biasa digunakan pada kasus-kasus suspek batuk rejan, difteri, Influenza, dan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus keluarga corona virus, antara lain SARS, MERS, dan COVID.

Literasi nya bisa dilihat di :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nasopharyngeal_swab

https://www.healthline.com/health/throat-swab-culture#purpose

3. Q : Bagaimana kita mengetahui secara transparan hasil rapid antigen dan swab antigen menunjukan hasil Covid?

A : Kita tidak bisa mengetahui secara pasti apakah benar hanya Covid yg ada di sampel spesimen yg diambil atau kah ternyata spesimen virus lain nya. Kita hanya bisa melihat hasil (+) atau (-) saja. Maka nya ada baik nya menanyakan hasil ini, dan inilah masalah yg terjadi pada tes rapid antigen atau pun swab antigen yg tidak bisa memastikan akurasi nya, memang masalah ini dibutuhkan kejujuran dan transparansi dari para dokter agar kasus positif Covid tidak terus mudah bertambah hanya dengan rapid/swab antigen.

Literasi nya bisa dilihat di sini :
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/keakuratan-swab-antigen69de49

https://health.ucdavis.edu/health-news/newsroom/different-types-of-covid-19-tests-explained/2020/11

4. Q : Apakah kematian yg disebutkan karena Covid di Rumah sakit bisa dibuktikan? Dan apakah bisa juga disebabkan karena infeksi virus dan bakteri lain?

A : Lebih tepat nya tidak ada transparansi data yg akurat dan pasti karena memang tidak pernah di visum. Bahkan disebutkan 90 persen pasien bergejala Covid yang memiliki gejala berat bahkan berujung kematian memiliki penyakit utama yg akut/kronis  dengan komorbid. Kondisi penyakit utama yang dimaksud seperti hipertensi, diabetes, jantung, paru-paru hingga ginjal, yang bisa diperparah dengan ada nya infeksi virus dan bakteri lain nya selain Covid.

Berita nya bisa dilihat di sini :
https://m.merdeka.com/peristiwa/lebih-90-persen-pasien-covid-19-gejala-berat-meninggal-dunia-disertai-komorbid.html

https://www.google.com/amp/s/www.krjogja.com/berita-lokal/diy/kulonprogo/90-persen-pasien-meninggal-diperkirakan-bukan-covid-19/

5. Q : Apakah ada permainan Rumah sakit untuk mengkondisikan dan mengcovidkan seseorang?

A :  Tidak ada data dan fakta yang jelas untuk kejadian ini, karena memang susah dibuktikan karena melawan arus mainstream, namun memang ada beberapa berita-berita yang beredar mengenai ada nya oknum RS nakal yang memukul rata semua diagnosa dengan Covid, tapi tentu saja ini tidak bisa di sama ratakan untuk semua Rumah sakit seperti itu.

Dan jika masyarakat mengetahui ada praktek-praktek nakal Rumah sakit dalam mengcovidkan pasien bisa melaporkan nya di sini, semoga bisa diproses :

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/07/21/182700665/menemukan-dugaan-manipulasi-dan-rs-nakal-ini-link-aduan-kemkes-ri

Berita oknum RS mengcovidkan pasien :
https://www.google.com/amp/s/radarsemarang.jawapos.com/berita/2020/10/02/soal-rumah-sakit-nakal-yang-sengaja-covidkan-pasien-ganjar-ini-sudah-terjadi-di-jateng/%3famp

https://m.merdeka.com/uang/ketua-banggar-dpr-minta-pemerintah-tertibkan-rs-nakal-soal-penanganan-covid-19.html

6. Q : Apakah Covid lebih mematikan dan lebih berbahaya penularan nya di bandingkan pandemi-pandemi sebelum nya?

A : Tidak. Sesuai data yg ada itu tidak benar. Dan memang seperti itulah data-data yg ada, data ini diperlukan agar masyarakat bisa logis dan rasional dalam menyikapi pandemi ini. Data dari WHO, CDC ataupun institusi resmi dunia lain nya menyebutkan tingkat mematikan nya Covid jauh lebih rendah daripada pandemi-pandemi sebelum nya, data pandemi SARS cov ( 2002/2003 ) tingkat mematikan nya mencapai 11-15%

Data resmi nya bisa dilihat di sini :
https://www.cidrap.umn.edu/news-perspective/2003/05/estimates-sars-death-rates-revised-upward

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.who.int/csr/sars/en/WHOconsensus.pdf&ved=2ahUKEwjNnbHMv_nxAhWFV30KHc2bCmQQFjABegQIDxAC&usg=AOvVaw0EH4zhSXg3gwYOGhPAD7xf&cshid=1627053879840

Kemudian rasio tingkat mematikan pandemi H5N1 ( 2005/2007 ) bahkan mencapai 50-60%, artinya dari 10 orang positif 5 atau 6 orang meninggal.

Data resmi bisa dilihat di sini :
https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/14/7/08-0161_article

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.who.int/docs/default-source/wpro---documents/emergency/surveillance/avian-influenza/ai-20210709.pdf%3Fsfvrsn%3D30d65594_152&ved=2ahUKEwjTqJ6T8fjxAhWrILcAHcKVAv0QFjARegQIFRAC&usg=AOvVaw2TqqR0WFXkG4i0uEqjeHP1

Sedangkan untuk rasio mematikan MERS cov ( 2011/2012 ) mencapai angka 30-35%.

Data resmi bisa dilihat di sini:
https://www.who.int/health-topics/middle-east-respiratory-syndrome-coronavirus-mers#tab=tab_1

Bandingkan dengan rasio tingkat kematian Covid19 ini yang berkisar di angka 2-3% saja seluruh dunia dari data estimasi resmi WHO. 

Bisa dilihat data nya di sini :
https://www.worldometers.info/coronavirus/coronavirus-death-rate/

Bahkan jika ada yg bilang bahwa masalah nya bukan pada tingkat mematikan nya melainkan pada tingkat penularan nya? Justru pandemi Swine Flu H1N1 (2009/2011 ) tingkat penularan nya sangat luar biasa, yang terkonfirmasi dan terinfeksi mencapai 500 juta sampai 1,3 milyar manusia di rentang pandemi 2 tahun 2009/2010.

Data pandemi Swine Flu bisa dilihat di sini :
https://www.google.com/amp/s/www.livescience.com/amp/covid-19-pandemic-vs-swine-flu.html

https://www.google.com/amp/s/amp.usatoday.com/amp/5577001002

Bandingkan secara rasional dengan Covid19 yang tingkat penularan nya ternyata masih di bawah pandemi H1N1 di angka 193-195 juta data resmi WHO.

Literasi bisa dilihat di sini :
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019

7. Q : Jadi apakah dengan data-data tersebut kita bisa melihat dan menyikapi pandemi ini dengan lebih logis dan rasional?

A : Tentu saja. Karena data-data adalah hal realistis untuk dapat dijadikan pijakan membuat kebijakan untuk menangani pandemi ini, baik oleh pemerintah dan masyarakat umum agar bisa menyikapi nya dengan sangat logis sesuai dengan prosedur kesehatan umum yg sudah berlaku. Dan yang jelas, edukasi pengetahuan yang terbuka tentang pandemi-pandemi yang lalu harus juga disampaikan kepada masyarakat luas agar masyarakat memahami urgensi nya secara rasional.

8. Q : Apakah Covid ini akan hilang dengan dengan sendiri nya atau kita akan terus berdampingan kehidupan dengan nya?

A : Virus ini tidak akan hilang. Merujuk dari pandemi-pandemi sebelum Covid, yang lebih tepat yaitu kita akan selalu hidup berdampingan dengan virus ini, bahkan berdampingan dengan begitu banyak virus yang ada, dan pandemi virus sebelum ini pun tidak pernah berakhir 100%, bahkan di beberapa tempat di Indonesia masih ditemukan sampai sekarang pasien terkonfirmasi H1N1 swine flu dan lain nya ( Ini saja berita nya kurang diekspose sehingga masyarakat luas tidak mengetahui nya)

9. Q : Beredar informasi, apakah banyak kematian di Rumah sakit, seperti yang di katakan oleh seorang dokter yang viral di media sosial internet, akibat dari interaksi kombinasi obat yang sangat berbahaya bagi organ tubuh dan mengakibatkan pasien di Rumah sakit lebih cepat meninggal dan bukan karena Covid nya?

A : Seperti yg sudah di jelaskan, pasien dengan penyakit utama akan lebih parah kondisi nya jika tubuh nya masuk dan terinfeksi virus atau bakteri apapun, dan ini kebanyakan yg terjadi dengan komorbid. Tetapi pendapat dan klaim dokter yang mengatakan penyebab kematian karena ada nya interaksi obat-obatan, ini tentu nya juga tidak bisa dipungkiri dan ada korelasi kebenaran nya. Dan memang kenyataan nya banyak penelitian di luar negeri yang membahas tentang adanya hubungan interaksi obat dengan fatalitas resiko serius kematian, terlebih untuk pasien Covid yang dirawat di Rumah sakit. Misal nya ada jurnal terkait azithromycin yg sekarang dipakai untuk pasien Covid memang ternyata telah lama diteliti memberikan efek samping terhadap jantung, apalagi jika dobel dosis dan kombinasi nya dengan obat antiviral lain.

Ini literasi mengenai penelitian nya :
https://pulmonarychronicles.com/index.php/pulmonarychronicles/article/view/107/224

Literasi tentang interaksi antar obat bisa dilihat di sini :
https://www.google.com/amp/s/voi.id/en/amp/66570/is-it-true-that-the-deaths-of-covid-19-patients-are-due-to-drug-interactions-this-is-what-the-ugm-pharmacy-professor-said

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7788177/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S075333222100425X

10. Q : Sekarang ada terjadi beberapa kasus isoman di rumah yang meninggal, apa penyebab nya?

A : Beberapa kasus yg sekarang terjadi, meninggal di rumah karena isoman, menunjukan bahwa pasien sakit tersebut karena memiliki penyakit utama atau penyakit bawaan akut dan kronis yang diderita, dan kasus ini biasa nya terjadi dan berinteraksi setelah mendapat kan vaksin Covid

Maka nya yang harus diperhatikan sebelum di vaksin adalah berikan informasi yg jelas kepada petugas tentang riwayat penyakit bawaan atau penyakit utama yg pernah diderita, misal nya ada hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, jantung koroner sampai penyakit autoimun. Dan jika ada riwayat penyakit-penyakit tersebut biasanya prosedur menyatakan tidak boleh divaksin, jangan coba-coba untuk berani divaksin. Kemudian yg penting juga,  jika tubuh sedang tidak enak badan, batuk, pilek, pusing, dan sakit kepala, lebih baik jangan divaksin sampai sehat dan bugar dahulu.

Berita nya bisa dilihat di sini :
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5577067/terungkap-daftar-penyebab-30-kasus-meninggal-usai-vaksin-covid-19

Jurnal penelitian nya bisa dibaca di sini :
https://jamanetwork.com/journals/jamacardiology/fullarticle/2781600

11. Q : Banyak loh orang-orang yg tidak percaya Covid ini, apakah kenyataan mereka memang demikian?

A : Tentu saja banyak orang berbeda dalam menyikapi suatu masalah, khusus nya masalah pandemi ini. Cobalah tanya kepada setiap orang apakah percaya ada virus Corona? Sangat yakin 99% akan mengatakan ya memang virus Corona ada, bahkan sebagian besar diantara mereka mengetahui virus Corona ini kan sudah lama ada. Jadi persoalan nya yg terjadi di masyarakat, mereka percaya ada nya virus Corona, namun diantara mereka yang percaya dengan virus Corona, tetapi meraka tidak percaya dengan Covid 19 nya, hal ini tentu saja dengan alasan, karena Covid di blow up oleh media sosial internet hingga menjadi hiperbola dan menakutkan. Justru kalau diperhatikan, orang-orang itu taat prokes, memakai masker, membatasi aktifitas keramaian, menjaga kesehatan dan kebersihan.

Tetapi mereka menyikapi nya dengan logis dan rasional sesuai kemampuan. Jika ada masyarakat awam yg tidak paham, semestinya ya di pahamkan dengan edukasi-edukasi yang jujur dan tentu saja dengan data-data yg transparan, tanpa membuat masyarakat menjadi paranoid dan takut.

12. Q : Jadi apakah mereka itu tidak takut virus?

A : Inti nya mereka bukan tidak takut virus. Rasa takut adalah hal yang lumrah dalam diri setiap orang, hanya saja beda nya dari setiap orang adalah, bagaimana orang tersebut mengelola rasa takut itu menjadi hal logis dan rasional dalam menyikapi pandemi ini. 

Tentu saja banyak cara dan ikhtiar seseorang dalam mengelola rasa takut agar tidak berlebihan, yang paling utama selalu beribadah kepada Allah dan memohon perlindungan dari segala macam bentuk kemudharatan di dunia dan akhirat, baru kemudian mengikuti nya dengan menjaga kesehatan dan kebersihan, makan makanan yg bernutrisi dan bermanfaat, hindari dan kelola stress, hindari berita-berita/gambar/foto/video yang bisa membuat stress tentang Covid karena setiap orang memiliki daya tahan mental psikis yg berbeda-beda, maka nya lebih baik beritakan hal-hal menyenangkan tentang aktifitas masyarakat yg kembali normal dan......tentu saja jangan lupa senyum kepada orang lain karena senyum adalah bentuk salah satu ibadah untuk menyenangkan orang lain.


Semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan lahir dan batin, dan melindungi kita dari segala macam fitnah penyakit ini. Aamiiin Allahumma Aamiiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun