Dari konter Pohon Mangga, Debi melajukan skuternya 300 meter ke depan. Kali ini ke deretan pertokoan. Di sana ada empat gerai ponsel yang dipisah masing-masing oleh toko pakaian, studio foto, penjual aksesori motor, dan gerai eskrim. Keduanya menanyai satu-persatu konter perihal ponsel Rus yang hilang itu.
"Maksudnya apa? Lu mau nuduh kami penadah, begitu?" hardik seorang penjaga gerai saat ditanyai Debi.
Debi lekas menyilangkan tangannya ke udara, "Bukan begitu, Ko. Kami cuma tanya aja. Ini usaha kami buat cari. Kalaupun ada, tetangga saya bersedia beli lagi."
"Enggak-enggak. Dari nada lu, jelas-jelas kayak orang nuduh begitu. Asal lu tahu ya, 15 tahun gua buka toko hape, gua paham mana barang colongan mana yang bukan. Dan gua enggak main-main sama barang colongan!"
"Iya, Ko. Makasih, kami cuma nanya aja."
"Cuma nanya aja, cuma nanya aja... masih pagi lu udah bikin orang emosi." Laki-laki berambut cepak itu kemudian melotot ke arah Rus yang masih memperhatikan satu-satu beragam ponsel di etalase miliknya. "Ini juga, apaan itu mata lu? Enggak percaya kalau hape lu enggak ada di sini?"
Rus terkesiap.
Debi menggenggam tangannya. "Ayo, teh," ajak gadis itu beranjak dari gerai tersebut. Sebelum pergi, Debi sempat mengucap terima kasih sambil tersenyum pada penjaga gerai yang menghardiknya tadi.
Tidak kurang setengah jam keduanya mendatangi satu demi satu gerai ponsel di Pasar Kebon Lonceng, namun nihil hasil. Sambil menunggu es kacang hijau yang sedang disajikan, Debi mengecek ponselnya. Postingan mengenai ponsel hilang tadi masih terus dibanjiri komentar dukungan dan semangat. Tidak ada saran lain yang bisa Debi coba untuk mencari ponsel Rus. Dari ponsel, Debi beralih ke tetangganya yang masih memandang udara kosong. Debi menelan ludah, tak tega melihat mata nanar Rus.
"Esnya, Neng."
Debi tersentak kaget saat penjual es menyodorkan pesanannya. "Oh iya, Bang," kata gadis itu sambil mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari saku kemejanya. Saat ingin menyerahkan es kacang hijau untuk Rus, Debi mendapati perempuan itu tengah menyeberang jarang. "Teh, Rus!" Debi berteriak.