Sejak SMP keduanya memang sangat dekat, apalagi dua tahun pernah duduk semeja. Masuk bangku SMA, keduanya masih berada di kelas yang sama, namun tidak menempati meja yang sama. Walau demikian, kedekatan keduanya tidak dapat dipungkiri siapa pun. Bahkan rekan sekelas mereka pernah beranggapan jika keduanya berpacaran lantaran terlihat sangat dekatnya mereka. Tapi, Fivi lekas meluruskan terkait anggapan teman sekelasnya tersebut. Kini, kelas XI, keduanya beda kelas.
"Gimana, Wenda cantik, kan?" Sambil melingkarkan tangan pada bahu Fuad, Fivi berkata demikian.
"Apaan sih, Vi. Aku itu laper, mau isi perut," balas Fuad tak acuh, dia terus melangkah.
Fivi mengikuti. "Makanya jangan sok sibuk, istirahat itu dipakai buat istirahatlah."
"Ini juga mau istirahat."
Fivi melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. "Tapi cuma 17 menit lagi waktunya."
"Masalahnya, kalau kamu ngajak ngomong terus kayak gini, waktu istirahatku makin berkurang."
"Tapi kan masih tetap jalan."
"Tapi sama saja."
"Beda, Fufuuu."
"Udah, enggak usah bawel. Kamu sudah jajan?"