"LESTARI!"
"iya ma" Lestari berlari kecil karena takut dimarahi ibu.
Sebelum tidur Lestari duduk melamun diatas kasurnya, membayangkan kalau dia jadi dokter dan dibakar, kalau dia jadi anak-anak kepalanya dikampak, membayangkan ini, membayangkan itu.
Gak apa-apa deh, aku dijahatin orang, biar aja, kalau aku minta tolong pak presiden juga kan belum tentu ditolong, ya sudah, Tuhan. Aku berdoa sebelum tidurku ini, aku gak apa-apa dijahatin, asal aku gak jahat sama orangÂ
Anak kecil itu menutupi setengah badannya dengan selimut, dan terlelap dibawah nyanyian swinger AC.
Paginya, seperti biasa, Bapak harus ke kantor lagi mencari pundi, hampir tiap pagi sebelum ke kantor, Bapak mengantar Lestari.
Matanya masih menyala karena kurang tidur menatap semua yang ada di televisi semalam, Ibu sudah memasak karena tidak bergadang. Ayah emosinya sedang tinggi, seperti seorang Bapak pada umumnya, dia tak mau diganggu, tapi tetap bertanggung jawab.
"Mana sepatu mu, nak?"
"Sudah diluar, Pak"
Mereka berangkat menggunakan motor karena jarak sekolah Lestari tidak terlalu jauh dari rumah.
Mengemudi setengah ngantuk
Menghadang sapaan dinginnya pagi