"Bukti sudah cukup jelas," jawab Kenandra.
"Terima kasih, Pak Darto. Tolong, jangan ceritakan ini kepada siapa pun untuk saat ini."
Dengan informasi itu, Kenandra semakin yakin bahwa Liliana adalah pelakunya. Namun, ia tahu bahwa ia harus bermain dengan cerdas. Liliana adalah tipe orang yang akan berusaha mencari cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika ia merasa terancam.
Kenandra memutuskan untuk menghadapinya secara langsung tetapi dalam situasi yang terkontrol. Ia mengatur pertemuan keluarga kecil di ruang tamu, mengundang Ariana, ibu tiri mereka, dan Liliana. Di depan semua orang, ia menunjukkan surat itu.
"Surat ini ditemukan di ruang kerja saya beberapa hari lalu," katanya dengan suara tenang tetapi tegas.
"Dan saya punya alasan untuk percaya bahwa ini adalah upaya untuk memfitnah."
Liliana, yang awalnya tampak tenang, mulai gelisah. Ia mencoba menutupi kecemasannya dengan senyuman kecil.
"Kak Ken, kenapa kau menyebutnya fitnah? Mungkin saja itu benar."
"Aku yakin itu tidak benar," jawab Kenandra dengan tatapan tajam.
"Aku juga yakin siapa yang bertanggung jawab atas semua ini."
Liliana membuka mulutnya untuk membalas, tetapi Kenandra memotongnya.