"Aku akan menangani ini," lanjut Kenandra.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tahu aku tidak akan percaya pada gosip seperti ini."
Kata-kata itu membuat hati Ariana sedikit lega. Ia mengangguk pelan.
"Terima kasih, Kak Ken."
Kenandra menatap gadis itu dengan penuh perhatian, seperti ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi ia menahan diri. Hubungan mereka sudah cukup rumit tanpa ada tambahan perasaan yang tidak diinginkan. Ia akhirnya berdiri, menyimpan surat itu di sakunya.
"Aku akan memastikan ini tidak terjadi lagi."
Setelah Kenandra pergi, Ariana duduk sendirian di taman, pikirannya penuh dengan pertanyaan dan kecemasan. Ia merasa seperti berjalan di atas tali tipis yang bisa putus kapan saja.
Sementara itu, Liliana merasa puas dengan hasil aksinya. Ia tahu bahwa surat itu telah menciptakan kegemparan di rumah. Tetapi ia tidak menyadari bahwa Kenandra sudah mulai menyusun rencana untuk membongkar semua kebohongannya.
Kenandra menemui salah satu pelayan kepercayaannya, Pak Darto, seorang pria tua yang telah bekerja untuk keluarga mereka selama lebih dari dua dekade. Ia menunjukkan surat itu kepada Darto dan bertanya apakah ada yang melihat siapa yang meninggalkannya di ruang kerjanya.
Pak Darto, meskipun ragu, akhirnya mengaku bahwa ia melihat Liliana keluar dari ruang kerja Kenandra beberapa saat sebelum surat itu ditemukan.
"Tapi, Tuan Ken, saya tidak ingin menuduh tanpa bukti," katanya dengan nada penuh kehati-hatian.