Kenandra merasakan kemarahan perlahan membara di dalam dirinya. Ia tahu betul siapa yang mungkin berada di balik semua ini. Liliana. Hanya gadis itu yang memiliki keberanian untuk memainkan permainan kotor semacam ini.
"Dengar, aku akan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab," ujar Kenandra dengan nada tegas.
"Kau tidak perlu menghadapi ini sendirian."
Ariana tersenyum tipis, tetapi ada kesedihan di matanya.
"Terima kasih, Kak Ken. Tapi, aku tidak ingin ini menjadi lebih besar daripada yang sudah terjadi. Mungkin lebih baik aku menjauh untuk sementara waktu."
"Tidak," potong Kenandra tajam.
"Kau tidak akan ke mana-mana. Ini rumahmu juga, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun membuatmu merasa seperti ini."
Ariana terdiam, matanya berkaca-kaca. Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, pintu perpustakaan terbuka dan Liliana masuk dengan senyum lebar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI