Farhan memainkan jari-jemarinya dengan gugup. Sudah hampir waktunya.. tinggal 5 menit lagi sampai akhirnya selesai sekolah.
"Nah sekarang, buka buku kalian ke halaman 178," ucap Pak Galih sambil membetulkan kacamatanya.
Farhan memutar bola matanya. Sekolah kan hampir selesai jadi ngapain mereka baca baca lagi? Tapi gapapa lah.. daripada nyari masalah, nurut aja.Â
Konten halamanya biasa-biasa aja sih. Ga ada yang mencolok, cuma gambar-gambar anatomi hewan realistik ditemenin sama diagram yang ngejelasin bagian-bagian tubuh mereka secara lebih detail.
Farhan merasakan seseorang menoelnya dari belakang.Â
"Woi.. minta penghapus, dong." Oh. Ternyata si Fatur. Tampaknya masih berantakan kayak biasa.Â
Farhan membuka tempat pensilnya tapi ga menemukan penghapus. Kotak tersebut dihuni oleh pensil-pensil tumpul tak terpakai dan pulpen yang telah habis tinta. "Maaf, bro. Gue ga punya." Fatur menggerakan kepalanya. Sepertinya ia sedang mengangguk, tetapi akibat posturnya yang buruk, ia justru terlihat seperti orang barusan bangun tidur yang masih teler.
"Jangan ngrobrol di kelas!" Bentak Pak Galih dari depan ruangan. Ia mengetuk penggaris plastik besarnya ke permukaan papan tulis. Leher Farhan langsung merinding. Amarah Pak Galih bukanlah hal yang bisa diremehkan. Orang semacam Fatur pun juga ngerti, kok -- postur badanya yang awalnya asal-asalan langsung ditegakin.
Ah, males banget, Farhan menggerutu di kepalanya. Sekolah kan udah hampir selesai. Kenapa malah marah-marah? Oh iya..Â
Farhan menoleh ke belakang kelas di mana jam dinding dipasang.