Setelah hari keempat, aku menelpon Vanita dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Akhirnya, Vanita memaafkanku dan hubunganku berdua kembali harmonis seperti dulu kala. Setiap harinya, setelah pulang dari kampus, aku selalu mengabari Vanita. Hal ini aku lakukan dengan Vanita sampai hari kelulusan tiba.
Vanita lulus satu minggu sebelum hari kelulusanku tiba. Aku datang ke Amerika Serikat ke kampusnya Vanita. Aku datang tanpa memberitahu Vanita sehingga Vanita terkejut saat aku datang. Aku menemani hari kelulusannya bersama keluarga Vanita, sekaligus memperkenalkan diri dan menyampaikan kepada keluarganya "Om, Tante, saya Kama, saya pacar Vanita. Saya dan Vanita sudah pacaran sejak kita berdua SMA. Dengan ini, setelah hari kelulusan saya minggu depan di Jepang, saya ingin melamar Vanita untuk menjadi istri saya".
 Tiba-tiba orang tua Vanita terkejut dan mereka merestui hubungan kami berdua. Begitu Vanita yang tersenyum malu karena aku mengatakan akan melamarnya.
Setelah tiga hari di Amerika Serikat, aku pamit ke Vanita dan kedua orang tuanya untuk mempersiapkan hari kelulusanku. Sebelum pesawatku take off, orang tua Vanita memberitahu bahwa Vanita dan kedua orang tuanya akan datang di hari kelulusanku dan ingin bertemu dengan kedua orang tuaku juga.Â
Hari kelulusanku tiba dan dihadiri oleh keluargaku, Vanita dan kedua orang tua Vanita. Kami tidak lupa untuk mengabadikan momen ini di depan tulisan University of Tokyo bersama dengan keluargaku, Vanita dan kedua orang tua Vanita.
Setelah acara selesai, aku mengajak Vanita dan orang tuanya untuk membicarakan soal melamar Vanita di apartemen tempat aku tinggal di Jepang.
Keluarga ku dan keluarga Vanita saling berdiskusi, dan akhirnya mereka semua merestui hubunganku dengan Vanita dan juga menjadwalkan hari lamaran ku dengan Vanita.
Hari lamaran pun tiba. Aku bertukar cincin dengan Vanita dan menyampaikan, "Van, kehadiranku di sini tidak hanya ingin bertukar cincin saja, tapi aku juga ingin untuk melamar kamu untuk menjadi istriku. Apakah kamu bersedia untuk menjadi Istriku sekaligus menjadi ibu dari anak kita nanti?
Vanita pun menjawab, "aku bersedia untuk menjadi pendamping hidupmu sampai maut memisahkan kita".
Akhirnya, satu bulan setelah lamaranku kepada Vanita, hari pernikahanku dengan Vanita tiba dan kami berdua memulai lembaran baru dalam hidup kami bersama-sama sampai maut memisahkan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H