Terdengar suara MC menyebut nama aku dan Vanita untuk segera tampil di atas panggung. Aku dan Vanita segera naik sambil melambaikan tangan ke arah penonton.
Terdengar suara para penonton yang sangat keras. Ada yang bersorak "lucu banget", "sweet banget", "couple paling harmonis", dan masih banyak lagi. Kemudian kita berdua pun bernyanyi dan mataku saling bertatapan dengan Vanita.
Setelah penampilan selesai, Vanita mengajak aku untuk berfoto bersama di taman di sekolah yang dipenuhi oleh tanaman yang indah. Setelah berfoto, aku mengajak Vanita untuk makan di restoran di samping sekolah.
Setelah makan, aku dan Vanita kembali menuju sekolah untuk menjadi panitia pentas seni. Pentas seni telah berakhir, aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku ke Vanita dengan mengajaknya ke taman kota.
Aku mempersilahkan Vanita duduk di sampingku di bawah bulan dan bintang yang menghiasi langit malam. Aku mulai memegang tangan Vanita dan mata kita saling bertatapan seperti ada semacam ikatan yang tak terelakkan di antara aku dan Vanita. Kemudian aku berkata kepada Vanita, "Van, selama ini aku punya perasaan yang istimewa ke kamu. Dan perasaan ini lebih dari kata persahabatan. Van, kamu mau gak jadi pacar aku?".
Vanita terdiam dan tersenyum gugup dan berkata "Kama, selama ini aku juga punya perasaan yang istimewa ke kamu. Jadi jawabanku aku terima sebagai pacar kamu".
Tubuhku tiba-tiba langsung memeluk Vanita dan Vanita pun terkejut sambil memelukku juga. Akhirnya setelah pacaran, aku dan Vanita membuat janji bahwa kami akan menikah setelah lulus kuliah nanti dan hidup bersama sampai maut memisahkan kami berdua.
Setelah lulus SMA, aku dan Vanita menjalani hubungan jarak jauh (LDR) karena Vanita melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan di Medical School di Harvard University, Amerika Serikat, sedangkan aku mengambil jurusan Engineering di University of Tokyo, Jepang.
Aku dan Vanita dipaksa oleh keadaan menjalani hubungan LDR ini selama 4 tahun. Hingga suatu saat, aku terlalu sibuk dengan kuliahku sehingga aku tidak sempat untuk berkomunikasi dengan Vanita.
Ketika aku sedang istirahat, Vanita menelponku. Aku ingin meminta maaf bahwa aku tidak sempat memberi kabar kepadanya. Namun, Vanita sedang emosi. Dia mengira aku mendekati perempuan lain sehingga aku tidak pernah memberi kabar Vanita. Di satu sisi, aku ingin menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi, di sisi lain Vanita sedang emosi dan tidak ingin berbicara kepada aku.
Selama tiga hari, aku dan Vanita tidak melakukan komunikasi sehingga hubunganku dengan Vanita mulai merenggang.