Persepsi adalah individu yang menyadari proses mempersepsikan, menerima, mengatur, dan menginterpretasikan masukan dari luar/lingkungan melalui panca indera. dan menangkap apa yang ditangkap oleh panca inderanya, sesuai dengan ketiga perspektif di atas.
Kemampuan seorang pemimpin untuk melaksanakan tugasnya dan. peran kepemimpinannya tidak hanya ditentukan oleh kualitas kepribadiannya, tetapi juga oleh penerimaan atau persepsi yang baik dari orang-orang yang dipimpinnya terhadapnya. Ini menunjukkan bahwa perilaku seorang guru dalam menjalankan peran kepemimpinannya dipengaruhi oleh pendapat siswa tentang gaya kepemimpinan guru di kelas. Persepsi tentang gaya kepemimpinan guru menjadi penting karena memiliki konsekuensi bagi perkembangan motivasi belajar siswa, yang akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Pandangan tentang gaya kepemimpinan guru oleh siswa adalah persepsi tentang gaya guru yang digunakan untuk mempengaruhi siswa agar mampu melakukan sesuatu yang akan membantu mencapai tujuan berdasarkan tugas dan perilaku relasional memiliki hubungan, dan ada tiga gaya yang digunakan untuk menentukan tingkat kedewasaan seorang siswa. Sesuai dengan konsep persepsi dan kepemimpinan guru. kepemimpinan otokratis, laissez-faire, dan demokratis. Persepsi gaya kepemimpinan berasal dari proses merasakan dan menafsirkan informasi berdasarkan pengalaman subjektif murid.
Sebagian besar individu menyadari bahwa fungsi guru adalah sebagai guru dan pendidik (Suparno, 2004). Kepemimpinan berkembang atau muncul sebagai akibat dari terpenuhinya kedua peran tersebut. Sedangkan tugas guru menurut Adam dan Decey (2004), adalah guru, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor adalah contoh pemimpin kelas, supervisor, dan pengatur lingkungan.
Mengajar di kelas, menurut Dimyati Mahmud (1990), tak lebih dari mengarahkan sekelompok siswa. Instruktur yang efektif juga merupakan pemimpin yang efektif yang menggunakan kapasitas kelompok untuk tumbuh pengembangan individu. Akibatnya, guru seharusnya menjadi penengah yang khawatir, detektif, dan sumber cinta dan dorongan, serta teman dan pengganti orang tua.
Winkel (1995), menjelaskan pandangan Mahmud, menyatakan bahwa gaya guru memimpin kelas berkaitan dengan cara guru memberikan arahan serta proses belajar mengajar. Siswa memiliki pendekatan otoriter jika guru bertanggung jawab atas segala sesuatu dan tidak membiarkan siswa mengambil inisiatif. Jika seorang guru memungkinkan siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan hanya memberikan arahan ketika ditanya, instruktur memiliki pendekatan laissez-faire.
Bab III Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah menguji sekaligus mengetahui tentang bagaimana persepsi siswa Man Pematangsiantar terhadap gaya kepemimpinan guru-guru mereka.
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah para siswa pada tingkat MA/SMA. Jumlah partisipan yang telah berpartisipasi pada penelilitian ini berjumlah 7. Informasi yang dikumpulkan peneliti didasarkan pada observasi yang telah dilaksanakan. Adapun rincian partisipan dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.