Mohon tunggu...
Rizky Saputra
Rizky Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Karyawan Swasta/Mahasiswa S1 Psikologi

Gutta cavat lapidem non vi, sed saepe cadendo; sic homo fit sapiens bis non, sed saepe legendo

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Gelombang Negativitas: Mengapa Doomscrolling Menjadi Kebiasaan Banyak Orang

1 November 2024   22:15 Diperbarui: 1 November 2024   22:42 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Hai hai hai

Selamat pagi, siang, sore, dan malam untuk kalian dimanapun berada, semoga sehat selalu, dimudahkan segala urusannya dan dilancarkan rezekinya.. AAMIIN. Namaku Rizky Saputra, hari ini aku mau membahas terkait dengan hal yang bisa dibilang menjadi kebiasaan orang, warga, masyarakat Indonesia.

"apa tuhh?", hayoo coba tebak apa tuhh hayooo wkwkwkw

Yupp sesuai dengan judulnya, aku mau membahas mengenai Doomscrolling. Doomscrolling atau dikenal juga sebagai Doomsurfing adalah kebiasaan menghabiskan waktu terus-menerus menggulir berita/konten di medsos (hayooo kebiasaan siapa nihh hehehe), terutama yang berisi informasi negatif, mengecewakan, atau mengkhawatirkan. Istilah ini berasal dari gabungan kata "doom" yang berarti nasib buruk atau malapetaka, dan "scrolling" yang merujuk pada tindakan menggulir layar. Fenomena ini sering kali terjadi ketika seseorang terjebak dalam siklus membaca berita/konten yang meresahkan, meskipun mereka menyadari bahwa konten tersebut dapat memengaruhi kesehatan mental mereka secara negatif. Seseorang bisa terjebak ke dalam siklus ini biasanya karena algoritma dari medsos juga bisa mempengaruhi tergantung dari seseorang tersebut mencari informasi terkait apa, jika informasi yang dia cari bersifat negatif maka algoritma di aplikasi tersebut akan membaca dan akan memberikan informasi-informasi lainnya yang bersifat negatif.

Okee setelah aku udah menjelaskan definisinya, sekarang aku mau menjelaskan beberapa hal seperti faktor penyebabnya, efek ke kesehatan mental, siklus lingkarang setan doomscrolling, hingga cara mengatasi/mencegah doomscrolling. Cuss langsung aku jelaskan yaa.. Cekidott.

Sumber: https://news.christianacare.org/2024/10/vote-no-to-doomscrolling/
Sumber: https://news.christianacare.org/2024/10/vote-no-to-doomscrolling/
  • Faktor Penyebab

Untuk faktor penyebab kemungkinan besar ada banyak, tetapi aku hanya menjelaskan sekitar 3 saja yaa yang aku rasa ini kayaknya sering terjadi, yaitu:

1. Era Globalisasi, di era globalisasi itu semau informasi akan selalu update dan terus bermunculan diberbagai medsos, sehingga hal ini memudahkan bagi seseorang untuk mengaksesnya, apalagi kalau informasi tersebut bersifat negatif yaa kayak rumah tangga artis/orang lain, kontroversi yang terjadi, dan lain-lainnya.

2. Algoritma Medsos, nahh seperti tadi yang aku sempat singgung diawal terkait dengan algoritma, ini sangat sangat sangat sangat sangat sangat mempengaruhi (panjang bener sangat nya wkwkwk) seseorang ketika berseluncur (aseekk main skating nih) di dunia maya (buka Maia Estianty yaa), misalnya kamu mencari konten/berita terkait artis A, maka semua berita serta informasi mengenai kehidupannya akan muncul semua, baik itu yang positif dan negatif, jadi tidak bisa dipungkiri bahwa algoritma berpengaruh penting disini.

3. Kendali Diri Terbatas, nahh yang terakhir aku mau bahas ini penting bett gitu lohh (buset bau nafas naga), karena saya orang Indonesia Tulen jadi saya sangat tau banget karakteristik ciri-ciri orang Indonesia, yapp salah satunya adalah tukang kepo, ini orang Indo banget yaa, saking engga ada kerjaan kali yaa sampai ngurusin hidup orang, kepo terhadap kehidupan orang lain yang banyak orang tersebut mungkin ngga kenal sama dia, jadi hal ini yang membuat orang suka lupa akan batasan-batasan yang harus dijaga agar tidak kelewatan batas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun