Mohon tunggu...
Nusantara Rizky
Nusantara Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis aktif baik cerpen, puisi, dan berbagai artikel di berbagai media Kalau di beranda kamu menemukan nama Nusantara Rizky Jangan lupa di sapa dan follow Semoga semua karya saya menginspirasi, menyenangkan dan menghibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duka Berduri

24 September 2024   14:49 Diperbarui: 24 September 2024   15:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia itu semakin mengurung mereka dan mematikan waktu yang terus berjalan, terlebih pesan masing-masing pasangan begitu kuat. Keduanya kembali berperan dalam tokoh protagonis agar mendapatkan iba.

Sampai-sampai, suara nafas yang seharusnya terdengar menyedihkan, seakan terhalang oleh tembok kemunafikan. Tubuh Raka sedikit bergetar, yang membuat ranjang ikut bergerak, hanya saja jiwanya sudah terpatri pada alam lain, sehingga tidak peduli dengan apapun.

Nenek Astri yang datang untuk membawakan baju terkejut melihat pemandangan itu, dirinya berteriak hebat dan bergegas menghubungi petugas yang ada di sana. Dengan cekatan semua pahlawan berseragam putih itu langsung menangani Raka, sementara Andre, Nila, dan Nenek Astri diminta menunggu di luar.

"Ibu, nggak habis pikir dengan kalian! Bisa-Bisanya kondisi seperti ini masih sibuk sendiri-sendiri!" kata Nenek Astri yang sangat marah.

Nila dan Andre sendiri tampak kebingungan, apa yang dilakukannya ketika dalam dunia yang lain mereka mencoba untuk berdamai. Sementara, dalam dunia nyata keduanya harus berpura-pura mencintai.

"Kalia matiin handphonenya, atau lebih baik keluar dari sini dan jangan pernah bertemu dengan cucu Ibu!" kata Nenek Astri yang terdengar geram dan mencoba menahan suaranya agar tidak terdengar keras.

Beberapa suster mulai berdatangan membawakan berbagai macam peralatan medis. Nenek Astri mulai panik, dirinya sebenarnya sudah bertanya kepada petugas itu, tetapi tidak menemukan jawaban ada apa dengan cucunya.

Dokter akhirnya keluar,, hanya saja raut wajahnya tampak sedih dan sepertinya ada kabar buruk yang perlu disampaikan. Benar saja, Raka meninggal dunia, karena terlambat dalam penanganan, seharusnya saat Raka mulai merasakan sesak mereka menghubungi dokter segera.

Hantaman keras bagaikan tertimpa sebuah batu meteor dari langit. Tangis Nenek Astri pecah seketika, Nila dan juga Andre. Ketiganya masih tidak percaya bahwa Raka akan pergi secepat itu.

Sungguh seperti daun yang telah tumbuh lalu mati tak meninggalkan bekas, seperti itu rasanya perasaan Nila dan Andre. Nenek Astri terus meluapkan kesedihannya, hingga akhirnya pingsan.

Seluruh petugas medis mencoba melakukan perawatan, kepada Nenek Astri. Andre dan Nila masih terduduk dengan pandangan kosong, rasanya seperti ini hanya mimpi saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun