"Kamu kenapa ingin acara itu batal?" tanya Putri sedikit tegas.
"Iya, kenapa sih kak?" tanya Selvi yang muncul dari arah dapur.
"Nggak papa, kasihan sama Pakde saja."
"Saya akan mengadakannya, dan mungkin tepat 40 hari Widya," kata Putri
Haidar tidak berkomentar apa-apa dirinya langsung kembali ke kamar dan memikirkan untuk menggunakan cara lebih ekstrim lagi. Menurutnya cara tersebut adalah yang terbaik sehingga semua orang tidak akan pernah tahu.
Lelaki itu mengambil handphone, kemudian menulis sebuah pesan, "Kak kamu harusnya bisa sadar, kalau pertemuan ini itu khusus untuk anak dan cucuk Trah Soedarmo Dwi Aji, kamu bukan bagian dari kami, ingat itu!"
Menerima pesan itu Putri hanya tersenyum lalu meninggalkan handphone, walau ketegarannya berlapis tetapi aiir matanya turun karena mengingat kenyataan pahit dan memori kelam masa lalu. Saat seperti inilah dirinya sangat merindukan Widya yang selalu mampu memberikan ketenangan disaat seperti ini.
Ardan pergi ke kamar Widya, diantara semua saudara memang lelaki ini merasakan kehilangan paling dalam. Dirinya duduk di meja kerja kakaknya dan membuka beberapa laci, kemudian menemukan sebuah kotak berisi flashdisk dan pesan untuk memutarnya saat pertemuan nanti.
Selvi masuk ke kamar itu, dirinya terkejut melihat Ardan disana. Dengan refleks lelaki itu, menyembunyikan flashdisknya kemudian berkata, "Kenapa kamu masuk kesini?"
"Kak Ardan sendiri kenapa juga ada disini?" tanya Selvi tetapi tidak di jawab Oleh Ardan
Selvi duduk di kasur Widya dan menyentuh bantal sampai selimut, saat lengah itu Ardan berhasil membawa flashdisknya. Kemudian, Keduanya mengenang bagaimana sosok Widya yang benar-benar bisa menjadi pengganti orang tuanya.