Tidak lama kemudian, Ardan datang mengambil gelas dan membuat teh hangat. membawa teh  Lelaki itu, kemudian berkata,, "Apapun yang terjadi, pertemuan ini harus dilaksanakan," lalu pergi ke teras depan.
Haidar yang cukup panik, buru-buru pergi ke kamar dan tanpa sengaja menutup pintu dengan sangat keras, hingga Selvi terkejut dan menggeram karena perilaku kakaknya itu.
Lelaki itu duduk di tempat tidur dan berdiri, memikirkan rencana apa yang harus dilakukannya. Karena Ardan dan Selvi masih ingin mengadakan pertemuan itu, dirinya tidak ingin sesuatu terjadi padanya dan kesempatan emas hilang seketika.
Sementara itu, Ardan bertemu dengan Putri yang berada di teras depan. Perempuan itu melihat foto Widya dari masa ke masa. Tersenyum kecil melihat adik-adiknya masih kecil dan imut.
"Mengenang masa lalu itu indah ya, Kak!" kata Ardan yang duduk di sofa sambil meminum tehnya kemudian, meletakkannya di meja.
"Iya, terlebih seperti aku ini yang dulu bagaikan hidup di neraka, karena kalian belum sepenuhnya mau menerima," kata Putri dengan suara yang memelas.
"Kalau begitu, jangan sampai batal ya Kak, agar Kak Widya dan orang tua kita tenang," kata Ardan.
"Sebenarnya, aku kasihan dengan Haidar, dia pasti...." kata Putri yang tidak bisa melanjutkan percakapannya karena dipotong oleh Ardan.
"Ini amanat Kak, lagipula sejak kecil Ayah dan Ibu selalu mengajarkan kita untuk menanggung resiko dari apa yang kita perbuat,"
Ardan kembali bagaimana Widya menangis serasa tidak percaya menceritakan bagaimana Haidar. Adik yang disayanginya itu, menyimpan sebuah rahasia yang semua keluarga harus tahu.
Haidar keluar dari kamarnya niat hati menuju ke dapur, tetapi dirinya bertemu Ardan dan Putri di ruang tamu, kemudian dirinya berkata, "Serius bnget? Ngobrolin apa sih? Pembatalan acara keluarga ya?"