Mohon tunggu...
Nusantara Rizky
Nusantara Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis aktif baik cerpen, puisi, dan berbagai artikel di berbagai media Kalau di beranda kamu menemukan nama Nusantara Rizky Jangan lupa di sapa dan follow Semoga semua karya saya menginspirasi, menyenangkan dan menghibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi

19 Desember 2017   19:16 Diperbarui: 19 Desember 2017   19:23 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rafael tertawa. Seakan pertanyaanku itu adalah pertanyaan yang lucu yang pantas ditertawakan. Aku masih terdiam tak bergerak, menunggu jawaban dari Rafael yang masih tertawa. Aku memperhatikan Rafael dan secangkir kopinya itu. Mereka seperti halnya sepasang kekasih yang tidak bisa lepas.

"Kenapa kau tertawa?"

"Pertanyaanmu itu membuatku tertawa, setiap manusia pasti punya masa-masa di mana mereka harus bahagia, tertawa, menangis dan bersedih, tinggal bagaimana manusia itu mampu menguasainya, bagiku secangkir kopi ini yang membuatku seperti ini."

"Aku bukan sedang bercanda, aku bertanya serius kepadamu,"

"Apakah jawabanku tadi menunjukkan bahwa aku sedang bercanda?"

Ekspresi Rafael memang serius, walaupun ia masih tertawa karena pertanyaanku tadi. Namun, aku yakin jawabanya itu benar. Tetapi, bagaimana mungkin secangkir kopi mampu membuat Rafael menjadi setenang itu, bahkan aku tak pernah percaya bila Rafael punya masa di mana ia harus bersedih dan menangis sepertiku saat ini.

Aku mencoba untuk merelakannya demi kebahagiaannya. Aku pun tak mau terlihat begitu terpuruk. Dengan sekuat tenaga aku mencoba mengembalikan diriku kembali menjadi seperti aku sebelum ini. Karena, kehidupanku saat ini dituntut untuk menjadi tangguh dalam keadaan apa pun.

3.

Secangkir kopi. Aromamu yang pekat itu, mengantarkan aku dalam perjalananku menuju kebahagiaan. Di mana aku harus berpacu dengan waktu yang tidak pernah bisa mengerti dan tidak pernah mau menunggu. Aku lelah, dengan semua yang terjadi dengan diriku. Namun, engkau menolongku dengan rasa pahit yang sangat pekat itu.

Setelah jawaban Rafael waktu itu. Aku masih tidak percaya dengan dirimu yang mampu menenangkan dirinya. Aku pun baru menegerti betapa rodanya berputar sangat cepat. Titik atas itu meluncur deras menuju titik bawah yang tidak mampu kembali ke atas dengan sangat cepat.

Aku takjub dengan kekuatan Rafael yang tidak pernah terbayang sedikit pun lehku. Aku malu, benar-benar malu dengan Rafael yang tidak pernah sekali pun mengeluhkan tentang hidupnya yang sangat pahit melebihi pahitnya dirimu. Aku tertunduk malu, di depan dirinya dan di depan secangkir kopinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun