Mohon tunggu...
Nusantara Rizky
Nusantara Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis aktif baik cerpen, puisi, dan berbagai artikel di berbagai media Kalau di beranda kamu menemukan nama Nusantara Rizky Jangan lupa di sapa dan follow Semoga semua karya saya menginspirasi, menyenangkan dan menghibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi

19 Desember 2017   19:16 Diperbarui: 19 Desember 2017   19:23 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pun cukup sabar untuk menahan sikapnya yang begitu over protektif dan ingin menang sendiri. Karena ibuku pernah mengajarinya kepadaku. Yah, semua yang diajarkan ibu tentang menjaga hati seorang wanita telah ku terapkan tapi tetap saja sama. Tidak ada perubahan yang berarti.

Akhirnya, hubungan kami pun berakhir, di kala aku sedang membutuhkan semangat darinya. Dia pergi dan menikah dengan orang lain. Padahal, aku telah membelikannya cncin emas yang cukup mahal.

Aku harus bekerja banting tulang pagi hingga malam tanpa mengenal lelah. Sedikit demi sedikit uang itu aku kumpulkan. Rasa sakit yang terasa dalam diriku tak pernah kurasakan. Demi memberikannya cincin emas mahal untuk meminangnya.

Aku terpuruk, benar-benar terpuruk. Seakan duniaku telah berhenti sampai di sini. Tak ada lagi semangat untuk memulai hari. Terkadang, aku ingin sekali matahari itu tak pernah terbit, agar tak ada hari selanjutnya.

"Kau kenapa kawan? Beberapa hari ini aku lihat kau begitu murung?" tanya Rafael dengan secangkir kopinya.

"Sebelum ku jawab, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

"Yah, apa?"

"Aku tak pernah melihatmu murung ataupun bersedih, apa resepnya? Beri tahu kepadaku!" tanyaku.

"Resep? Aku bukanlah seorang chef yang mempunyai resep untuk bisa menjawab pertanyaanmu, aku ini hanyalah karyawan biasa?"

"Bukan itu maksudku...."

"Sudahlah, aku tahu apa yang kau maksud, aku hanya bercanda, biar kau tak tegang terus?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun