Dude menutup diarinya, menatap langit-langit kamar. Dia teringat masa-masa perjuangan bersama Fahed. Awalnya dia bingung mau memulai dari mana. Setelah bertanya kanan-kiri, dia menemukan titik terang. Mulailah dia bersama Fahed mengumpulkan modal dan bergerilya promosi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kampus ke kampus lain. Tujuannya satu: menambah populasi orang yang cinta akan buku.
Setelah berjalan beberapa bulan, usahanya bersama Fahed mulai menemui jalan. Banyak pelanggan berdatangan, penerbit-penerbit mulai memercayakan buku-buku mereka kepada Dude dan Fahed. Omzet mulai naik secara perlahan. Mereka berdua bahkan sudah bisa mempekerjakan orang. Kini Dude bisa bersyukur, akibat dari ditinggal kekasih, dia menjadi lebih produktif. Kedewasaannya bertumbuh seiring waktu.
"Ini semua hasil dari patah hati," ucap Dude sembari tersenyum puas.
Belum sempat senyumannya luntur, suara klakson terdengar. Transportasi online yang dipesan sudah datang. Segera dia memasukkan buku diari ke dalam tas dan akan menjadi temannya ketika di dalam kereta api nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H