Kereta cepat? Mereka sudah bisa membuatnya sama seperti Korea dan Jepang. Kita? Kereta cepat made in China justru ada di Indonesia.
Mobil? Wuling sudah lalu lalang di jalan raya, tanda sebuah produk diterima di pasaran Indonesia. Mobnas kita? Esemka kita dibilang mirip mobil China.
Handphone? Handphone murah made in China. Handphone mahal merek terkenal ternyata dirakitnya juga di China.
Produk-produk asli dan asal China membanjiri pasar Indonesia, dan faktanya memang diterima kok dengan baik.
Seperti dilansir, Defense News, ada 8 perusahaan asal China yang masuk Top 100 Perusahaan industri pertahanan nasional dengan kinerja keuangan yang baik.
Aviation Industry Corporation of China (AVIC) bahkan masuk dalam peringkat ke-5 dengan pendapatan mencapai USD66 miliar dimana 38% atau sekitar USD25 miliar merupakan pendapatan dari sektor pertahanan.
BUMN konglomerasi China yang bergerak dibidang penerbangan dan industri pertahanan tersebut memiliki lebih dari 100 anak usaha (27 diantaranya go public) dan 500 ribu pegawai.
Produk pertahanan yang dihasilkan diantaranya pesawat tempur, helikopter tempur, dan penyelamat, UAV (Unmanned aerial vehicle) dan juga kapal udara militer jenis lainnya.
Richard Pettibone dalam tulisannya di Defence and Security Monitor menjuluki AVIC sebagai Airbus, Boeing, and Lockheed Martin dari China. AVIC sendiri peringkat 151 dalam jajaran TOP 500 versi Forbes.
Sementara itu, untuk industri pertahanan nasional kita masih jauh untuk disejajarkan dengan China. Bukan tidak bisa, Indonesia bisa, semua saya sudah ulas semua di sini.
Ketiga, kemampuan ekonomi Indonesia yang mandiri. Untuk urusan ini memang cukup kompleks alias rumit karena kita diminta belajar sampai ke negeri China.