Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa

Penghuni bumi dan penyuka angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeprut dan Bayang-Bayang Sekut

17 Desember 2024   09:38 Diperbarui: 17 Desember 2024   09:38 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari setelah dipecat ia isi dengan keheningan. Ia tidak lagi bertemu dengan rekan guru. Jeprut menghabiskan waktu di rumah kontrakannya, memandang tembok kosong. Tetapi Sekut terus menghantui pikirannya.

Suatu malam, Jeprut berbicara dengan Damar, tetangga kontrakkannya.

"Sekut benar-benar membuatku kehilangan segalanya," kata Jeprut, suaranya berat.

Damar menatapnya lama, lalu berkata perlahan,

"Kenapa, Prut?"

"Gak ada." Jeprut tetap diam.

Damar mencoba untuk menayampaikan,


"Terkadang, kita melihat apa yang sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Dunia luar sering menjadi cermin, memperlihatkan apa yang kita coba hindari."

Jeprut masih tetap terdiam. Kata-kata itu bergema di kepalanya dan bernyanyi dalam keheningan.

***

Seminggu kemudian, Jeprut memutuskan untuk kembali ke sekolah. Bukan untuk mengajar, tetapi untuk mencari Sekut. Ia berdiri di gerbang sekolah, memandang keramaian siswa yang keluar masuk. Tapi ia tidak menemukan Sekut. Tidak ada mobil mewah, tidak ada suara sarkastik itu lagi, entah kenapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun