Hari-hari setelah dipecat ia isi dengan keheningan. Ia tidak lagi bertemu dengan rekan guru. Jeprut menghabiskan waktu di rumah kontrakannya, memandang tembok kosong. Tetapi Sekut terus menghantui pikirannya.
Suatu malam, Jeprut berbicara dengan Damar, tetangga kontrakkannya.
"Sekut benar-benar membuatku kehilangan segalanya," kata Jeprut, suaranya berat.
Damar menatapnya lama, lalu berkata perlahan,
"Kenapa, Prut?"
"Gak ada." Jeprut tetap diam.
Damar mencoba untuk menayampaikan,
"Terkadang, kita melihat apa yang sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Dunia luar sering menjadi cermin, memperlihatkan apa yang kita coba hindari."
Jeprut masih tetap terdiam. Kata-kata itu bergema di kepalanya dan bernyanyi dalam keheningan.
***
Seminggu kemudian, Jeprut memutuskan untuk kembali ke sekolah. Bukan untuk mengajar, tetapi untuk mencari Sekut. Ia berdiri di gerbang sekolah, memandang keramaian siswa yang keluar masuk. Tapi ia tidak menemukan Sekut. Tidak ada mobil mewah, tidak ada suara sarkastik itu lagi, entah kenapa.