Untuk materi, tokoh sastrawan yang akan dibuatkan teks dan dialihwahakan adalah angkatan 80-an. Saya yang menentukan tokoh sastrawannya lalu peserta didik yang mencari informasi lalu dijadikan sebuah teks. Tokohnya, antara lain Remy Sylado, Dorothea Rosa Herliany, Budi Darma, Y.B. Mangunwijaya, dan Afrizal Malna. Meskipun ada juga yang punya pendapat lain, kelima tokoh tersebut cukup representatif untuk mewakili sastrawan pada angkatan 80-an.
***
"Pak, saya ingin buat film, ya!"
"Pak, saya nggak bisa edit? Bagaimana, pak?"
Sesuai ketentuan, mereka dapat memilih sendiri perihal produk yang akan dihasilkan. Ketika saya mendengar ada dua kelompok yang mengajukan produk berupa film, saya kaget. Ternyata ada juga peserta didik yang mampu mengoperasikan aplikasi edit video dan membuat film. Â Saat itu, aplikasi yang digunakannya adalah Capcut.
Pembelajaran berlangsung, proses penyusunan teks naratif objektif dilakukan oleh tiap-tiap kelompok dengan cara berbagi tugas dan peranan. Sumber yang digunakan juga mereka upayakan sendiri melalui pemanfaatan telfon genggam masing-masing.
Terhitung, tiga kelompok memilih poster dan dua kelompok memilih film. Pembelajaran yang berlangsung selama 90 menit tidak terasa sudah hampir selesai. Selama proses penyusunan film dan pembuatan poster, saya menilai dan memperhatikan seluruh gerak-gerik peserta didik. Ada yang mendominasi, ada juga yang cuek. Meskipun begitu, saya melihat antusiasme mereka dalam mengikuti pembelajaran ini. Seketika teringat kutipan bijak.
"Love is not about apologize. Love too is not about guilty. Love is overflowing enthusiasm."Â
(E.M. Cioran, Filsuf Rumania)
Akhirnya, saya meleleh sejenak.
***