"Kamu sangat menjengkelkan Gibran. Tapi... baiklah, saya akan mencoba menghilangkan kegalauan ini dengan membaca buku-buku tadi" dilengkapi dengan stiker yang menggambarkan kekecewaan di akhir pesannya.
      Pesan singkat pertama yang dikirimkan Selma kepadanya hari ini, sedikit demi sedikit mulai menghilang dari layar smartphone nya karena tergeser oleh beberapa pesan baru dari keduanya.
      Beberapa jam sudah berlalu, ia baru menyesali apa yang telah ia lewatkan. Sudah lama ia menaruh hati pada Selma, ia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan seluruh isi hatinya.Â
Namun apa yang telah ia lakukan? Ia menyia-nyiakannya ketika waktu itu tiba. Dengan perasaan sedih dan penuh penyesalan, ia meletakkan smartphone-nya dan merenungi percakapan mereka tadi. Ia bagaikan seekor burung kecil yang sayapnya patah oleh kesalahannya sendiri, ia tak tahu harus berbuat apa, ia hanya mendambakan percakapan mereka terulang kembali dan memperbaiki semuanya. Jarum jam akan terus berputar kedepan dan matahari akan tenggelam untuk membiarkan malam memenuhi semesta, hidupnya akan terus berjalan dan kesempatan yang disia-siakan akan hilang untuk mempersilahkan penyesalan menyelimuti hatinya.
Air mata dan penyesalan tak dapat mengembalikan kesempatan yang telah disia-siakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H