-Hanacaraka lebih reflektif, harmoni, dan mempertimbangkan konteks budaya, cocok untuk audit yang kompleks dan melibatkan elemen kualitatif.
-Hegelian lebih logis, linier, dan berbasis konflik, cocok untuk audit teknis dan kuantitatif.
-Pemilihan pendekatan tergantung pada sifat audit dan kebutuhan organisasi yang diaudit.
Dialektika Hegelian dan Hanacaraka merupakan dua pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi dalam proses audit perpajakan. Keduanya menawarkan kerangka logis untuk memahami, menganalisis, dan menyelesaikan konflik dalam audit.
Dialektika Hegelian:
Berfokus pada penyelesaian konflik melalui tiga tahap utama: tesis, antitesis, dan sintesis.
Pendekatan ini lebih teknis dan linier, cocok untuk audit berbasis data kuantitatif dan aturan yang ketat.
Membantu fiskus mengidentifikasi kelemahan sistem perpajakan dan memberikan rekomendasi yang rasional dan terukur.
Dialektika Hanacaraka:
Mengacu pada filosofi aksara Jawa yang menekankan harmoni dan keseimbangan.
Melibatkan empat tahap yaitu Hana Caraka (pengumpulan data), Data Sawala (identifikasi konflik), Padha Jayanya (harmonisasi konflik), dan Maga Bathanga (kesimpulan sejati).