Mohon tunggu...
Islah R. Nusa
Islah R. Nusa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi SMAN 1 Padalarang

14 Januari 2003

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bloody Moon

27 Februari 2020   18:55 Diperbarui: 27 Februari 2020   19:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa ini?", Pikir Tio ketia ia merasakan rantai yang membelenggunya. Ia membuka matanya dan menatap sekitarnya. Ruangannya gelap dengan wallpaper bergambarkan robot. Tio sendiri terikat di sebuah tempat tidur bertema race car dengan mainan boneka. Tio mengrenyitkan dahinya seraya ia berpikir, 'Ini bukan kamarku, kenapa lagi ada rantai?' Batinnya. Dia berusaha untuk melepaskan diri, tapi tidak berhasil. Saat masih mencoba melepaskan diri, tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang sedang membawa buah apel yang sudah dipotong-potong. Wajahnya sumringah, tapi Tio tidak kenal siapa dia.

"Sayang udah bangun?" Tanya wanita itu ketika melihat Tio terduduk di tempat tidur dengan muka bingungnya. Wanita itu menghampirinya dan menarik rantai dengan keras sehingga membuat Tio meringis kesakitan. Gilanya wanita itu hanya terkekeh melihat reaksi Tio yang kesakitan. Dia meletakkan tangannya di pipi Tio yang membeku di tempat. Tio menatapnya sesaat sebelum ia merasakan sensasi terbakar di tempat wanita itu meletakkan tangannya. Dia baru saja menampar pipinya. Tio yang terkejut hanya bisa melihatnya dengan ketakutan.

Mengapa ia ketakutan? Tinggal bebaskan diri saja dari belenggu itu dan menahan lengan si wanita itu dan berteriak. Tetapi mengapa tidak bisa? Itu adalah pertanyaan yang ia tanyakan sebelum ia sadar bahwa dirinya yang sekarang adalah seorang anak kecil yang sangat kecil. Apakah ini memori dari masa lalunya? Baru saja ia memikirkan itu, tamparan lain telah mendarat di pipi satunya. Sekarang wanita itu terlihat sangat marah.

"Kamu kenapa gak mau dengerin ibu sih?! Makanya dengerin kalo orang tua lagi ngomong!" Teriaknya di hadapan Tio. Tio merasakan ketakutan yang sangat luar biasa di dalam tubuhnya. Ia menangis dan memohon untuk tidak dipukuli oleh wanita yang memanggil dirinya sendiri 'ibu' itu. Sebenarnya Tio tidak mengenali siapa wanita di hadapannya ini, ibunya tidak mempunyai rambut pendek dan mata cokelat.

"Kan udah dibilang istirahat!" *plak* tamparan lain mendarat di pipinya. Ia mulai menangis lebih keras. Saat wanita itu ingin memukulnya kembali, tiba-tiba ada tangan kecil yang menghentikan tangannya.

Seketika Tio terbangun dengan keringat dingin dan mendapati bahwa pipinya basah. Jantungnya berdegup dengan kencang seperti dia baru lari marathon. Baru pertama kali selama Tio hidup dia mengalami mimpi buruk yang seperti kenyataan seperti itu. Ia terdiam untuk sesaar di atas tempat tidurnya. 

Setelah beberapa saat, akhirnya Tio memutuskan untuk mengambil air minum di dapur. Ia masih bingung, tetapi ia beranggapan bahwa itu hanya kebetulan saja. Akhirnya dia melanjutkan tidur dan memutuskan untuk tidak memikirkannya.

Keesokan harinya ia sedang memakan roti untuk sarapan ketika mendengar televisi yang memberitakan seorang hilang yang ternyata terlihat sedang bersama seseorang dari sebuah SMA di dekat Tio tinggal. Tio tersedak roti yang ia makan, Tio pernah melihatnya! Ibu itu adalah ibu-ibu yang dilihat oleh Tio sepulang sekolah kemarin. Beliau sedang bersama Caca! Setelah tersadar akan hal itu, Tio buru-buru pergi ke sekolah untuk mencari Caca. Benar saja, Caca tidak ada di bangkunya. Dadanya semakin berdegup kencang. Apakah benar Caca adalah pelaku pembunuhan?

Saat dirinya tengah panik, sebuah tangan menepuk pundaknya. Tio bersiap untuk memukul siapa pun itu tetapi berhenti ketika ia melihat siapa yang menepuk pundaknya. Bulan. Tio lega mendapati Bulan yang sedang tersenyum kepadanya. Bulan yang melihat hal itu menunjukan muka bingung kepada Tio.

"Ada apa? Kok kamu kayak panik gitu sih?" Tanyanya kepada Tio. Tio memegang pundaknya dan membawanya ke tempat sunyi di ujung. Ia membisiki semua yang ia perkiraan selama ini kepada Bulan. Setelah selesai, Bulan yang mendengarnya memasang muka terkejut. "Serius kamu?" Tanyanya. Tio menganggukan kepalanya.

"Kalo bener berarti ini gawat Ti!" Ucapnya sambil mengguncangkan tubuh Tio. Tio menghentikakan gincangannya dan bertanya ada apa kepadanya. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun