"Udah selesai tatap-tatapannya Satrio?" tanya guru BMV dengan muka yang datar. Entah, Tio memang bukanlah seorang psikologi, tetapi ia yakin bahwa sang guru sekarang sedang marah. Gadis baru hanya menatap Tio dengan senyuman puas. Hari pertama baginya merupakan hari yang sangat unik.
"Eh, bapak. Gak kok pak, saya Cuma mau nanya tugasnya dikumpulin sekarang pak?" tanyanya dengan senyuman sopan. Walau pun saat ini Satrio terlihat santai, dalam hatinya ia berdo'a agar sang guru tidak melayangkan spidol kea rah kepalanya nanti.Â
Sang guru hanya menghela napasnya melihat tingkah laku ajaib muridnya yang satu ini. Sang murid baru hanya diam dan hanya memperhatikan si Tiodengan tatapan yang kosong. Bahkan ia sempat terlihat sedih untuk sekilas.
"Ya sudah, masuk sana. Bapak mau ngasih pengumuman" ujar sang bapak sambil melambaikan tangannya ke arah Satrio menandakan masuk. Satrio hanya membalasnya dengan sebuah cengir kuda dan memasukkan kepalanya kembali ke dalam kelas. Jujur saja, perasaannya masih campur aduk sampai saat ini. Ia masih memikirkan gadis itu. 'Apakah mungkin ia ada hubungannya dengan kejadian itu?' pikir Tio
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan muris baru yang pindah dari daerah Jakarta" suara lancang guru sontak membuat pemikiran Tio terhenti dan melihat kea rah depan. Murid lainnya di dalam kelas hanya bersorak dan bertepuk tangan ketika mendengar hal tersebut.Â
"Tolong diam! Biarkan murid baru masuk dan memprkenalkan dirinya" lanjutnya. Setelah pengumuman tersebut, masuklah seorang gadis ke dalam kelas. Para murid laki-laki hanya bisa bersiul ketika mereka mendapati ada seorang gadis yang masuk. Mereka malah bersorak-sorai dan mengacungkan jempol ke guru piket yang berada di luar kelas, dibalas dengan gelengan kepala darinya.Â
Ketika yang lainnya sibuk berpikir betapa cantiknya sang murid baru, Tio hnaya mencoba untuk mengingat siapa gadis yang sedang berdiri di depan kelasnya sekarang.
"Ti, Cantik ya? Dipepet aja Ti, kali aja dapet" tanya teman sebangku Tio dengan nada  menggoda . Tio hanya melihatnya aneh seakan apa yang dikatakannya adalah hal yang absurd. Cantik? Memang sih dia memiliki tubuh ramping yang tinggi bak model, kulitnya juga bersih. Tapi apakah dia tertarik? Entahlah, saat ini ia hanya sebatas penasaran dengan identitas sang gadis.
"Halo, perkenalkan nama saya Cahaya Putri Tantono, biasa dipanggil Caca. Saya pindahan dari Jakarta karena kerjaan kakak saya. Salam kenal" Ucap 'Caca' sambil tersenyum dengan manis. Semua laki-laki hanya bisa bersorak kembali melihat senyumannya itu.Â
"Apaan sih malu-maluin aja", pikir Tio sambil membalas senyuman Caca yang hanya menatapnya. Mereka saling bertatap-tatapan sampai suara lancang guru piket memecahkan keheningan diantara mereka.
"Kalian diem dulu! Gimana murid baru mau ngomong?" Teriaknya yang hanya dibales dengan keheningan. Setelah kelas menjadi hening, para guru mengisyaratkan Caca untuk lanjut bicara.