"Paan sih, gak jelas deh jadi anak" Tio berkata sembari jalan menuju kelasnya yang berada tepat di ujung lorong.
(di dalam kelas)
Saat guru di dalam kelas sedang menerangkan materi dari bab baru, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu ruangan BMV. Sebuah kepala muncul dari balik pintu sambil menatap sang guru dengan tatapan yang mengatakan bahwa ada yang harus dibicarakan.Â
"Permisi bentar ya, kerjakan halaman 23-24 dan jangan ada jawaban yang sama!" perintahnya dengan tegas dan dibalas dengan beberapa 'ya' dari para murid.Â
Tio yang memperhatikan dari tempat duduknya hanya diam dengan perasaan bosan yang terpampang jelas di mukanya. Karena bosan, akhirnya ia memutuskan untuk menguping apa yang sedang dibicarakan oleh para guru di luar ruangan BMV dengan serius.
"Pak tau masalah ini kan?" tanya guru piket yang tadi menghampiri.
"Iya saya tau bu, tapi emangnya kita harus ngomong disini ya? Kan gak enak kalo didenger anak-anak" timpal sang guru BMV. Dari suaranya saja sudah menjelaskan bahwa sang guru ingin kalau topik itu berhenti disitu.
"Ya udah kalo gitu, kita ga usah ngumumin yang itu. Sekarang mending kita kenalin anak baru ke dalem kelas" ucap guru piket sembari menghela napas dengan berat.
"Murid baru?", pikir Tio seraya mencoba mengintip ke luar jendela. Jantungnya hampir berhenti ketika ia melihat ada seorang gadis menatapnya balik. Gadis tersebut terlihat asing baginya, tetapi dia merasa bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya, tetapi Tio tidak tahu dimana. Gadis tersebut mempunyai rambut panjang sebahu berwarna hitam legam yang diberi bandana untuk aksesoris.Â
Matanya yang berwarna cokelat menatapnya dalam. Tio tidak tahu mengapa, tetapi dia merasakan perasaan yang sangat  meresahkan dirinya saat menatap mata sang gadis baru tersebut, seperti merasa tidak aman.Â
Tio terus menatapnya untuk mencoba mengingat kembali dimana mereka pernah bertemu, tetapi sebuah dehaman menghentikan semuanya. Kalau tadi Tio merasa bahwa jantungnya akan terhenti saat menatap gadis itu, sekarang dia yakin bahwa jantungnya sudah benar-benar terhenti di dadanya. Ia menoleh kearah sumber suara dengan perasaan yang sedang tegang.