Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta, kembang dan Gorengan (episode Cinta Rangkat #93)

2 Februari 2011   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kisah itu berawal dari pos ronda, Si Janda kembang yang membuat sang repotter lupa segalanya, beberapa minggu tanpa ditemani pasangan sejati memang membuat segalanya menjadi hampa. Ya sang repotter kesepian, kabar bahwa sang patner putri narsis pergi berlibur ke luar angkasa bersama juragan memang sudah tersebar luas di desa rangkat.

Kepergiannya  menimbulkan tanda tanya dalam hati sang repotter, putri narsis pasangan sejatinya pergi bersama juragan dan pangeran narsis. Ow nama yang terakhir yang mengusik jiwanya, cinta memang membuatnya buta, sang repotter tetaplah manusia biasa, ketika patnernya pergi meninggalkannya maka cemburu mucul dari lubuk hatinya. Ah bukankah cemburu itu tandanya cinta. Masih terbayang pertemuan terakhir dengan putri narsis, saat itu sang repotter meminta penjelasan kepada Juragan dan sang putri perihal kepergiannya ke luar angkasa, serta kapan akan kembalinya, walaupun berat dan terpukul sang repotter pun harus menerima kenyataan yang ada.

Sore itu di pos ronda, sebenarnya ada maksud lain di hati sang repotter menemui janda kembang, photo pra wedding sekedar alasan saja, ada sesuatu yang tersimpan rapi di dalam tas punggung yang selalu dibawanya kemana-mana.

Sebelum bertemu di pos ronda, ada telepon dari sang kembang

"Mas repotter, ada tugas penting dari pak Kades"

"Tugas penting?dari pak kades?tugas apa mba kembang", sang repotter pun bertanya.

"Kita ketemu di pas ronda aja ya sore ini, masih ada hubungannya dengan rencana pernikahan Uleng dan paman".

Deg..dada sang repotter berdesir, mendengar nama Uleng disebut, ah entahlah rasa itu sepertinya sungguh dalam, walau belum satu kalimat pun terucap dari mulutnya, tapi hati kecil sang pemuda tidak bisa membohonginya bahwa sulit untuk melupakan senyum manis anak pak kades itu. Tapi sudahlah bukankah mereka akan segera menikah.

"Mas repotter koq diam sih?, jangan sampai gak dateng ya, sekalian ada hal penting yg ingin ku bicarakan empat mata", suara kembang membuyarkan lamunan sang repotter.

"E.e..iya mba, oke nanti aku kesana," sedikit tergagap repotter pun menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun