Mohon tunggu...
Rivira Yuana
Rivira Yuana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Rektor Bidang Transformasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Pengembang TIK

Wedha Wiyata Wira Sakti

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Urgensi Kementerian Talenta untuk Selamatkan Masa Depan Generasi Muda

7 Oktober 2024   08:03 Diperbarui: 7 Oktober 2024   13:11 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuda berbakat di bidang riset dan inovasi, seni budaya, serta olahraga, mendapat program Beasiswa Indonesia Maju (KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU)

Statistik tersebut mengindikasikan bahwa MTN perlu menjadi instrumen untuk meningkatkan kesempatan bibit talenta dalam berkompetisi, yang ditandai dengan jumlah event yang diselenggarakan dan jumlah peserta. Selain itu juga meningkatkan efisiensi proses pembinaan talenta.

Desain besar Manajemen Talenta Nasional membutuhkan platform demi terbentuknya ekosistem Manajemen Talenta Nasional, mencakup basis data terpadu, kerangka regulasi, pemetaan kebutuhan dan ketersediaan talenta, dan inisiasi kebijakan terobosan.

Platform juga mampu menjadi Basis Data Terpadu MTN merupakan suatu sistem yang memadukan empat Sistem Informasi Manajemen Talenta (SIMT), yaitu SIMT Peserta Didik, SIMT Riset dan Inovasi, SIMT Seni Budaya, dan SIMT Olahraga.

Dengan terbentuknya Kementerian Talenta, maka masalah kurangnya kemampuan pemerintah daerah mempersiapkan portofolio profesi yang harus dikembangkan di daerahnya bisa diatasi.

Kementerian ini mampu membawa kebermanfaatan dan praktik baik yakni adanya pembaharuan jenis profesi kerja yang sudah usang dan jenuh dengan jenis profesi yang menjadi kebutuhan dunia di masa depan.

Selain itu membantu pemerintah daerah yang selama ini kurang bisa memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja serta portofolio kompetensi dan profesi yang cocok bagi warganya.

Khususnya portofolio yang berbasis sumber daya lokal. Transformasi dunia kerja pada abad 21 akan berorientasi pada Post Taylorist. Era ini menuntut strategi dan sistem pembangunan angkatan kerja yang bersifat multi-skilling, retrainable dan kompetensi entrepreneurship hingga technopreneurship.

Keniscayaan Indonesia harus mempersiapkan SDM berbakat dibidang Iptek dan pekerja sektor industri untuk menghadapi era Industri 4.0 dalam jumlah yang memadai.

SDM tersebut untuk menguasai teknologi pendukung, yakni bidang teknologi Internet of Things (IoT), Cybersecurity, Cloud Computing, Additive Manufacturing, Augmented Reality, Big Data, Autonomous Robots, Simulation, dan platform integration.

Pembinaan talenta gen Z dan Milenial mestinya terkait erat dengan era industri yang akan melahirkan jenis profesi yang baru. Dalam era tersebut akan terjadi perang untuk memperebutkan SDM berbakat dan memiliki kompetensi yang tinggi. Perebutan itu dari tingkat lokal hingga global. (Rivira Yuana )*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun