Mohon tunggu...
Rivai Muhamad
Rivai Muhamad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gemar menulis fiksi, menggambar, melukis, dan membaca. Mahasiswa jurusan seni rupa di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Hantu di Ruang Sekretariat

3 Juli 2011   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jati membetulkan posisi duduknya, wajahnya tampak serius mendengarkan. Mungkin karena cerita kali ini mengandung unsur cerita dewasa.

“Malam itu mereka lagi mojok di ruangan bekas lab yang nggak dikunci. Jangan tanya gue, gue juga nggak tau yang sebelah mana, tapi kata temen gue sih ada di sebelah pojok barat sana. Mereka terus…,” Ori berdeham, melancarkan tenggorokannya lalu merubah intonasi suara, “…lalu, di tengah gelora asmara dan rasa horni yang tak terbendung, sepasang kekasih itu pun melakukan hal-hal yang tidak senonoh.”

“Biasa aja dong ceritanya,” protes Genta.

“Biarin!” potong Jati.

“Mereka mulai saling meraba dan saling merangsang satu sama lain, berpelukan, lalu berciuman. Percumbuan sepasang kekasih itu pun semakin hot. Kalian tau kan, gimana bodi Talita? Dan malam itu pun, tubuh indah itu tak lepas dari jamahan Deri, sang pacar.”

“Ini cerita bokep beneran ya?” tanya Genta.

“Biarin!” potong Jati.

“Dengan binalnya, Talita menarik dan membuka kancing-kancing di kemeja Deri, lalu ia mendorong tubuh cowoknya itu sampai terbaring di atas meja lab. Perlahan dengan penuh nafsu, Talita ikut naik ke atas meja.”

“Masa sih, dia seagresif itu?” ucap Genta.

“Biarin!”

“Wajah Talita mendekat ke tubuh Deri. Diciumnya cowok itu dengan sangat liar, dari kening, hidung, terus turun ke bawah. Lalu perlahan, dengan nafas yang menderu, Talita menjulurkan lidahnya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun