Mohon tunggu...
Riung Laut
Riung Laut Mohon Tunggu... Wiraswasta - CV Riung Laut

Penyuka kopi, syair & senyummu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[100Puisi] Balada Istri Buruh

19 Februari 2016   15:22 Diperbarui: 21 April 2016   17:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kalam.ukm.upi.edu"][/caption]

malam mendidih di tungku

jerit hati emak menanak air mata

tumpah di dapur

     bapak di phk, terpotong kakinya

 

itu si bungsu menangis keras sekali

“air susu emak kering nak” emak terhenyak

si abang merengek-rengek

“kapan bapak pulang mak?”

“pak guru sudah menagih spp mak”

“buku tulis abang habis mak”

“sabarlah nak, sebentar lagi bapakmu pulang”

emak tersedu, matanya kelabu

 

paman tergopoh, mengetuk pintu

sabdakan hujan di musim yang muram

“tabahkan hatimu yuk*”

“tabahkan hatimu yuk”

emak menggigil,  memeluk hujan

     bapak amnesia, membawa roda dua di riuhnya pasar

     tapi bapak tak punya motor, bapak tak punya motor

ah nasib kini semakin tak menentu

 

malam mendidih di tungku

jerit hati emak menanak air mata

tumpah di dapur

emak jatuh tersungkur

dihantam resah tak terukur

 

“anakku sayang, anakku malang

  kita ini orang terbuang, diseret jaman dan perubahan

  yang entah milik siapa, emak tak mengerti”

 

 *yuk, asal kata dari ayuk, panggilan untuk kakak perempuan di sumsel dan jambi

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun