[caption caption="kalam.ukm.upi.edu"][/caption]
malam mendidih di tungku
jerit hati emak menanak air mata
tumpah di dapur
bapak di phk, terpotong kakinya
itu si bungsu menangis keras sekali
“air susu emak kering nak” emak terhenyak
si abang merengek-rengek
“kapan bapak pulang mak?”
“pak guru sudah menagih spp mak”
“buku tulis abang habis mak”
“sabarlah nak, sebentar lagi bapakmu pulang”
emak tersedu, matanya kelabu
paman tergopoh, mengetuk pintu
sabdakan hujan di musim yang muram
“tabahkan hatimu yuk*”
“tabahkan hatimu yuk”
emak menggigil, memeluk hujan
bapak amnesia, membawa roda dua di riuhnya pasar
tapi bapak tak punya motor, bapak tak punya motor
ah nasib kini semakin tak menentu
malam mendidih di tungku
jerit hati emak menanak air mata
tumpah di dapur
emak jatuh tersungkur
dihantam resah tak terukur
“anakku sayang, anakku malang
kita ini orang terbuang, diseret jaman dan perubahan
yang entah milik siapa, emak tak mengerti”
*yuk, asal kata dari ayuk, panggilan untuk kakak perempuan di sumsel dan jambi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H