Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Dalam proses pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.[2]
- Model Oliva
Menurut oliva, suatu model kurikulum harusnya bersifat simpel, koperhensif serta sistematik. Oliva mengemukakan bahwa dalam pengembangan suatu kurikulum, ada 12 komponen yang satu dengan lain saling berkaitan.
- Model Beauchamp
Beauchamp mengungkapkan terdapat lima langkah pengembangan kurikulum, yakni:[3]
- Menentukan wilayah cakupan kurikulum.
Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah ini dilakukan oleh pemegang kebijakan.
- Menetapkan persenolia
Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini. Ada empat kategori, yaitu: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di pusat pengembangan kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan guru-guru terpilih; para profesional pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. Dalam proses ini ditentukan apa saja yang terlibat dan apa saja peran dan tugas yang harus dilakukannya.
- Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus dilakukan beberapa hal yakni: pembentukan tim pengembangan kurikulum, mengadakan penelitian dan penilaian kurikulum yang telah berlaku, studi penja-jagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, penentuan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta penulisan kurikulum baru.
- Implementasi kurikulum
Implementasi ini membutuhkan kesiapan guru, siswa fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.
- Evaluasi kurikulum
Hal-hal yang harus dievaluasi adalah pelaksanaan kurikulum, desain kurikulumnya, hasil belajar peserta didik, dan keseluru-han system kurikulum.
- Model Wheeler
Wheeler memiliki argumentnya sendiri agar pengembangan kurikulum dapat menggunakan lingkar proses, yang setiap elemennya saling berhubungan dan saling bergantung. Pendekatan yang digunakan Wheeler di dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya, dan suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya telah diselesaikan. Wheeler mengembangkan idenya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tyler dan Taba.[4]
- Model Audery dan Howard Nicholls
Audery dan Howard Nicholls mengembangkan suatu pendekatan yang tegas mencakup elemen-elemen kurikulum dengan jelas dan ringkas. Ia menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi.
- Model Malcolm Skilbeck
Malcolm Skilback, Direktur Pusat Pengembangan Kurikulum Austalia ( Australia's Curriculum Development Center), mengembangkan suatu interaksi altertnatif atau model dinamis bagi suatu interaksi alternatif atau model dinamis bagi model proses kurikulum. Di dalam artikelnya, Skilbeck (1976) mengajurkan suatu pendekatan dan mengembangkan kurikulum pada tingkat sekolah. Pendapatnya mengenai sekolah di dasarkan pada pengembangan kurikulum (SCBD), sehingga Skilbeck memberikan suatu model yang membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistic.