Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cobang: Hidup dan Cintamu Tak Lagi Sama (Bab 1: Distraksi)

22 Oktober 2020   09:56 Diperbarui: 22 Oktober 2020   10:06 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bro, gue mau anter mereka berdua ke hotel tempat mereka transit. Ikut yah, biar gue pulangnya ngga sendirian." Kata-kata Ryan membuyarkan lamunan Ardi. Senyum manis dan ranum tubuh Febby membuatnya sedikit gagal fokus. Yah, pria itu memang makhluk visual. Penampilan fisik wanita tentunya jadi perhatian mereka. Kecuali mereka yang gay tentunya.

"OK deh, gue juga mati gaya sendirian disini," jawab Ardi sambil berdiri bersiap-siap.

Mereka berempat lalu berjalan keluar apartemen. Ryan menggamit mesra tangan Clara, yang dibalas Clara dengan bergelayut manja dipundak Ryan. Melihat hal itu, Febby lalu meraih tangan Ardi. Diperlakukan seperti itu, Ardi menurut saja. Pria manapun akan sulit menolak tawaran seperti itu. Jujur saja Ardi sangat gugup. Wajahnya memerah, keringat dingin , dan gemetar mulai menjalar. Febby pun menyadari itu. Justru hal itu menimbulkan kesan tersendiri. Sebagai wanita yang cantik dan seksi, ia terbiasa menerima perlakuan agresif dari para pria. Menghadapi pria defensif seperti Ardi, ia yakin keadaan akan terkendali.

All New Accord silver milik Ryan membelah lalulintas kawasan Cengkareng menuju Swiss Bell Hotel Bandara Soetta. Clara duduk disebelah Ryan, sedang Ardi dan Febby duduk dibelakang. Sepanjang perjalanan, Ardi dan Febby menjadi bulan-bulanan Clara dan Ryan. Mereka berusaha menjodohkan Febby dan Ardi. Febby menanggapinya santai, namun Ardi menjadi tengsin abis.

Perjalanan pulang kembali menuju apartemen, Ryan meminta Ardi menggantikannya untuk menyetir. Ardi menyalakan audio, tak lama terdengarlah suara Hyde menyanyikan lagu Hitomi No Jyuunin. "Dasar Japanese freak, sampai playlist lagu di mobil juga lagu-lagu Jepang," benak Ardi. Tak seberapa laju Ardi menyetir, pikirannya kembali berkelana pada masa silam.

"Gimana menurut lo tentang Febby?" tanya Ryan yang memutus lamunan Ardi.

"Gimana apanya?"

"OK ngga? Anaknya asik ngga? Cocok ngga kira-kira sama lo?"

"Well, physically sih OK banget. Anaknya cantik... Cantik banget malah. Diajak ngobrol juga asyik sih. Kita sama-sama suka jazz. Kalo soal cocok atau ngga, terlalu cepat kalau gue harus jawab sekarang."

"Physically, literally, basically... sok jaksel lo!" ujar Ryan sambil membuka jendela dan membuang puntung rokok.

"Ye, emang gue anak jaksel. Rumah gue kan di Cinere." balas Ardi sambil terus menyetir melewati jalan tol Prof. Dr. Sedyatmo. Tak berapa lama Ryan pun terlelap, mungkin kelelahan setelah bertarung dengan Clara. Ardi melirik Tag Heur-nya, hampir pukul dua pagi. Samar-samar dari kejauhan, dilihatnya ada mobil yang menepi di bahu jalan. Ketika Ardi melintasinya, ternyata pengemudinya seorang wanita dan tampak sedang panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun