"Renata? Lo Renata a.k.a Dinda?" tanyaku masih tak yakin dan masih menatap lekat wajahnya.
"Iya, biasa aja dong ngeliatinnya. Malu nih. Iya, gue Renata. Tolong jangan sebut-sebut nama Dinda lagi yah mas. Hal itu mengingatkan kembali masa kelam itu," ujar Renata sambil matanya menerawang.
"Oh, iya maaf." Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Aku benar-benar tak siap dan tak menyangka akan bertemu Renata disini. Ternyata doanya terkabul, bahwa kini kita bertemu dengan keadaan yang lebih baik. Renata sudah tak bekerja di dunia hitam lagi. Ia kini menjadi staff administrasi di pesantren ini. Ia juga memutus segala komunikasi dengan dunia hitam itu. Aku juga bercerita tantang pekerjaanku sekarang.
"Hmm... Jadi bagaimana?" tanyaku.
"Bagaimana apanya mas?" Ia bingung.
"Ya, dia lupa. Ingat ga, dulu gue bilang: 'Kalau kita ketemu lagi, mungkin kita berjodoh', ingat ngga?"
Renata tak menjawab. Ia hanya tersenyum, lalu menunduk. Tak ada jawaban saat itu. Tak mengapa, itu saja sudah cukup. Apa yang terjadi nanti, biarlah menjadi misteri. Yang jelas, saat ini aku senang dipertemukan kembali dengan Renata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H