Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musholla Kecil di Sudut Diskotik

16 Oktober 2020   06:01 Diperbarui: 16 Oktober 2020   07:00 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan dengerin dua setan ini mas. Sholat aja dulu. Coba tanya security atau waiter, dimana mushollanya." Meta mendukungku dan membuatku langsung beranjak. Kutebar pandangan mencari waiter. Ah itu ada satu di dekat bar.

"Mas, di sini ada musholla ngga?" tanyaku setengah berteriak untuk bersaing dengan hentakan musik. Yang kutanya seperti keheranan. Ia mungkin heran, koq ada anak clubing mikirin sholat. 

Ia lalu mengantarkan aku menuju sebuah ruangan yang dijadikan tempat untuk sholat. Tempatnya di basement, lumayan jauh dari club. Yah, agak aneh memang. Di tempat maksiat penuh dosa ini, masih ada ruang untuk orang menyembah Tuhannya. Mungkin pengelola tempat ini tak ingin dicap sebagai orang yang tidak menghormati hak orang untuk beribadah. Sekedar basa-basi, khas Indonesia.

Ternyata aku tak sendirian, ada seorang wanita berpakaian seksi di musholla itu. Di tempat wudhu yang hanya menyediakan satu keran, kami tak sengaja bertatap mata. Sorot matanya dingin, but damn, she's pretty. Kuberi nilai 7,5 skala 10. Dengan tube dress hitam yang membungkus raga indahnya, membuatku sedikit hilang fokus. Aku wudhu setelah dirinya. Kupikir ia akan langsung sholat, ternyata ia menantikan diriku.

"Mas, kita sholat jamaah," ujarnya. Sejenak aku menatap wajahnya, kemudian aku mengangguk. Kubentang sajadah yang sudah kumal, lalu kumulai sholatku. Sedikit grogi juga menjadi imam sholat, karena aku sendiri lupa kapan terakhir kali jadi imam sholat. Kubaca surat Al Fatihah dengan mantap. Gini-gini aku ini dulu waktu SMA ikut Rohis, jadi masih ada puing-puing sholeh dalam diriku. Kubaca surat Al Baqarah ayat 1 sampai 10 di rakaat pertama. Kudengar suara isak tangis dari belakang. Kubaca tiga ayat terakhir surat Al Baqarah di rakaat kedua, tangisnya makin keras.

Selesai sholat, sengaja aku hadapkan tubuhku ke belakang. Kulihat ia berdoa sambil menangis. Dengan mukena biru, auranya terlihat berbeda. Ingin aku mendekatinya, tapi siapa dia? Just a random stranger. Mungkin juga dia tidak suka aku perhatikan seperti sekarang ini. Aku lalu bangkit, namun sesuatu yang sama sekali tak terduga terjadi. Gadis itu memelukku, lalu menangis. Aku bergeming, tak tahu harus berbuat apa. Yang kupahami, bila seorang wanita menangis, jangan coba kau redakan, biarkan saja.

Ada semenit ia menangis didadaku. Kemeja Raoul hitamku basah oleh air matanya. Seakan tersadar, ia lalu melepas pelukannya. Ia tampak malu sekali. Ia lalu melepas mukenanya.

"Maaf mas, gue dah lancang main peluk. Gue bingung menghadapi orang baik seperti mas ini. Maklum, biasa menghadapi lelaki hidung belang, mas," katanya sambil duduk melipat mukenanya dan memasukkannya dalam tas.

"Oh, ngga apa-apa mba. Eh, lo lebih cantik kalo pake mukena deh," ujarku tanpa maksud untuk menggoda apalagi menggombal. Kuucap kata-kata barusan dengan ekspresi datar. Ia tersenyum manis sekali, lalu berkata "Belum kenal aja udah berani ngegombal."

"Ya udah kalau begitu, kita kenalan aja, biar gue bisa ngegombal lagi. Gue Ardian,panggil aja Ardi," ucapku sambil mengulurkan tangan dan duduk disampingnya. Ia pun menyambutnya.

"Gue Renata. Panggil aja Rena. Tapi kalo ditempat kerja, nama gue Dinda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun