Mohon tunggu...
Risma Klaudia
Risma Klaudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNDIKSHA

Saya memiliki hobi menyanyi dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Panca Sradha dalam Konsep Hindu Dharma

17 Mei 2023   14:43 Diperbarui: 17 Mei 2023   14:53 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertera juga di dalam Kitab Suci Bhagawadgita, Bab X Sloka 20, berbunyi;

"Aham Atma Gudakeca Sarvabhutacayasthitah, Aham Adic Ca Mashyam Ca, Bhutanam Anta Eva Ca"

Artinya: Wahai Arjuna, Aku adalah Atma, yang bersemayam di dalam hati semua mahluk, dan Aku awal mula, pertengahan dan akhir mahluk itu.

     Hal ini menjadi awal mula pembentukan sifat-sifat Atman diantaranya:
a) Adahya artinya tidak terbakar oleh api,
b) Achedya artinya tidak terlukai oleh senjata,
c) Acesya artinya tidak terbasahkan oleh air,
d) Akledya artinya tidak terkeringkan oleh angin,
e) Nitya artinya selalu abadi,
f) Sanatana artinya kekal dan selalu sama,
g) Achintya artinya tidak terpikirkan,
h) Awyakta artinya tidak dilahirkan,
i) Awikara artinya tidak berubah-ubah,
j) Sathanu artinya berpindah-pindah,
k) Acala artinya tidak bergerak,
l) Sarwagatah artinyaada di mana-mana atau "Wyapi Wyapaka, di dalam konsep sifat Ketuhanan".

     Bagaimana hubungan antara Atman dan Dharma? Pada awalnya, Atman berupa percikan suci Tuhan dan sebagai wujud dari Dharma (kebaikan). Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, Atman akan terpengaruh oleh sifat-sifat keduniawian dan biasanya disebut dengan Roh atau Jiwa. Secara teoritis, Dharma yang terkandung dalam sifat Atman dan biasanya menjadi patokan kepada Yoganis atau Petapa untuk menyatukan diri kepada Tuhan dalam bentuk badan suci (Jiwatman). Dengan ini, hubungan Dharma sangat erat terhadap konsep Atman pada Panca Sradha.

3) KARMA PHALA
     Secara etimologi, Karma Phala berasal dari bahasa Sanskerta. Karma artinya suatu aksi atau perbuatan, dan Phala berarti hasil atau buah (buah Pala). Jadi, Karma Phala adalah hasil perbuatan yang telah kita lakukan baik di kehidupan yang sedang dijalani atau di kehidupan masa lalu. Salah satu Sloka yang memuat tentang Karma Phala, terdapat pada Kitab Suci Bhagawadgita, Bab III Sloka 9 yang berbunyi;

 "Lokha Yam Karma Bandhanah"

Artinya: Dunia dan kehidupan terikat dengan hukum Karma.

     Terdapat beberapa jenis Karma Phala diantaranya:
a) Prarabda Karma Phala adalah hasil perbuatan baik atau buruk yang diterima setelah tindakan atau saat ini,
b) Kriyamana Karma Phala adalah hasil perbuatan sebelumnya yang diterima saat meninggal atau tiada,
c) Sancita Karma Phala adalah hasil dari perbuatan yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya dan diterima setelah reinkarnasi atau di kehidupan selanjutnya.

     Perlu diketahui bahwa konsep Panca Sradha masuk ke dalam Tattwa yaitu salah satu bagian Tiga Kerangka Umat Hindu (Tattwa, Susila, dan Upakara). Namun, pada Karma Phala juga berkaitan terhadap konsep Susila yang dipercaya sebagai bentuk perbuatan manusia dan penerimaan hasilnya. Sehingga, penyebab Karma Phala dapat berhubungan dengan Dharma yang dilakukan seseorang secara menyimpang atau tidak. Masyarakat Hindu khususnya di Bali mempercayai adanya jenis-jenis Karma Phala yang dikaitkan dengan kematian seseorang. Beberapa istilah kematian atau "Pati" dalam umat Hindu di Bali yaitu:

a) Salah Pati adalah kematian yang dipercaya karena terkena racun atau ilmu hitam.

b) Ulah Pati adalah istilah jika seseorang melakukan tindakan bunuh diri atau meracuni diri sendiri, sehingga roh menjadi tidak tenang.

     Mengutip tentang perbuatan, Karma Phala memiliki kaitan yang erat terhadap ajaran Dharma. Karena setiap kita Berpikir, Berbicara, ataupun Berbuat untuk tujuan yang buruk dan tidak disertai doa yang positif, maka Karma yang akan didapat akan sesuai dengan yang kita implementasikan. Dharma digunakan sebagai landasan utama setiap umat untuk memperoleh Karma yang baik.

4) PUNARBHAWA
     Dharma sebagai Kerangka Dasar di dalam Tattwa, meyakini dan mempercayai keberadaan istilah Punarbhawa. Kata "phur" di dalam istilah Punarbhawa berarti lagi atau berulang-ulang dan "bhawa" artinya menjelma atau turun atau lahir. Sehingga, dikatakan dalam Sansekerta bahwa Punarbhawa adalah suatu kepercayaan tentang kelahiran kembali ke bumi sesuai dengan karmanya. Hal ini tercantum pada Kitab Suci Bhagawadgita, Bab VII Sloka 27 dan berbunyi;

"Iccha Dvecasamutthena Dvandvamohena Bharata, Sarvabhutani Sammoham Sarge Yanti Parantapa"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun