Realita saat ini tindak kekerasan di sekolah seolah menjadi lagu yang sedang tren. Dilakukan oleh siswa terhadap siswa dan guru terhadap siswa.
Kita dapat merujuk pada peristiwa yang baru viral saat ini yang terjadi di Puworejo dan Bekasi. Saya yakin peristiwa serupa juga terjadi di tempat lain meski tak terpublikasikan.Â
Apakah kekerasan sudah menjadi budaya dan darimana seharusnya kita mulai untuk mengatasi hal ini?
Saya mantap berpendapat bahwa budaya kekerasan tidak seharusnya ada di sekolah apapun alasannya. Kalaupun dahulu pernah terjadi bahwa penerapan disiplin terhadap siswa ditempuh dengan cara kekerasan tentunya hal itu bukanlah cara yang harus dilestarikan.
Ketika kekerasan masih menjadi cara, saya dapat mengatakan bahwa sistem pendidikan kita bergerak mundur jauh ke belakang.
Bahkan ketika kekerasan secara umum digunakan untuk mengubah perilaku seseorang , saya dapat mengatakan bahwa peradaban masyarakat tersebut mengalami kemunduran.
Ketika remaja atau anak-anak kita melakukan tindak kekerasan, sepatutnya kita bertanya, " Apa budaya yang diterapkan di lingkungan pendidikannya?"
Lingkungan Pendidikan bukan hanya sekolah, melainkan juga keluarga dan lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Di sanalah terjadi proses belajar. Dan di sana juga dapat terjadi tindakan pembiaran-pembiaran terhadap kekerasan.
Contoh saja: menganggap biasa guru yang memukul muridnya, terbiasa melihat orang tua memukul anaknya, atau bergabung dengan kelompok teman yang gemar adu fisik untuk menyelesaikan masalah dan membuat keributan.Â
Kultur atau budaya sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi salah satu langkah awal pencegahan agar anak-anak kita tidak belajar untuk melihat budaya kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah.
Kerjasama keluarga dan lingkungan masyarakat menjadi penting. Dua lembaga ini tidak dapat lepas tangan menyerahkan sepenuhnya pada sekolah. Keluarga dan masyarakat berperan penting dalam menciptakan keteladanan juga pengawasan.