"Iya deh."
Candra memang sudah tau pertemanan antara Fara dan Tama. Candra memang bukan tipikal lelaki yang melarang-larang pasangan berteman kepada siapa saja. Menurut Fara, Candra adalah lelaki yang dewasa. Lelaki yang membebaskan untuk melakukan apa saja tanpa ikut campur. Sebab dirinya tau, Fara lebih mengenal lama sahabatnya daripada pasangannya yang sekarang. Jadi, dalam urusan cemburu Candra justru tidak begitu memperdulikannya.
***
      Sore adalah janji Tama menemani sahabatnya untuk melihat-lihat gedung untuk acara pernikahannya yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Tama yang sedikit males, terlihat betul dari raut mukanya. Dirinya di jemput oleh sahabatnya pukul tiga sore dengan mobil Honda Jazz warna hitam keluaran 2011. Fara yang terlihat sumringah, kadang gemas dengan wajah Tama yang lusuh seperti belum mandi selama dua hari.
      "Kenapa sih lusuh banget tuh muka?" tanya Fara.
Dirinya lantas membuka pintu mobil setelah berhenti di depan rumahnya. "Gak papa, lagi banyak pikiran gua. Yaudah yuk, keburu kesorean nanti."
Mobil melaju meninggalkan rumah Tama dan juga jalanan yang bising. Di dalam mobil, tumben-tumbenan seketika hening tak ada bahan untuk obrolan. Lagi-lagi Jakarta macet dengan klakson-klaksonnya. Fara kemudian memutar lagu untuk mencairkan suasana dengan volume keras untuk menutupi keheningan. Diluar memang bising, namun di dalam mobil seketika mati tanpa suara.
"Far, volumenya gua kecilin aja ya. Lagi pusing gua." dirinya memutar volume rendah. Musik seketika hanya desir-desir dan sayup-sayup melintasi telinga mereka.
"Hmmm, ya deh." jawabnya.
Kurang lebih perjalanan sepuluh kilometer mereka sampai di gedung pertama. Sesampainya dilokasi, Fara sibuk melihat-lihat seisi ruangan dan fokus berbincang dengan wedding organizer. Fara yang Nampak antusias, sebaliknya dengan Tama yang banyak pikiran.
      "Gimana mbak, mas. Cocok dengan gedung ini?" tanya salah satu konsultan vendor.
      "Cocok, gua suka si. Untuk dekorasi juga ok nanti." jawab Fara.