Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memory Card (Cerita Pendek)

10 Mei 2024   20:40 Diperbarui: 10 Mei 2024   21:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naya membungkuk setelah merogoh pakaian yang telah ia cuci di mesin itu. Matanya menyipit seolah ada butir emas jatuh ke lantai bersamaan  ia menaruh pakaian itu di keranjang.

Sebuah memory card menjadi pusat perhatianya kini dan sebuah pemantik di kolong mesin.

Dengan perasaan takut, Naya mengambil benda itu dengan hati-hati, menaruhnya ke saku celananya. Dan berusaha untuk tidak berpikiran yang aneh-aneh.

//////

Tiga hari sebelumnya.

Suara-suara berisik desahan manusia itu seolah mengusik Naya saat malam sepulang dari bekerja. Dilewatinya lorong jauh kontrakan berpuluh pintu, gelap lembab sehabis hujan. Sari, tetangga sebelahnya menyambut Naya dengan kepulan asap rokoknya.

"Baru pulang, Nay? Lecek banget kayak abis dipake. Rokok ni."

Naya kemudian duduk disebelah Sari lalu mengembuskan napas. Berat sekali rasanya.

"Gue capek, Sar. Hidup kayak gini-gini terus. Mau sampai kapan pun gue gak bisa lunasin utang orangtua gue."

"Lo nggak mau jual badan aja?"

Naya langsung bangkit, dan menggeleng kemudian masuk ke dalam kontrakannya.

Tidak lama kemudian seorang pria penagih hutang menggedor-gedor pintu kamarnya.

 

"Nay! Bayar hutang Bapak lo! Buka pintunya atau gua dobrak!"

Di balik pintu Naya hanya bisa menahan tangis dan kesal.

Naya perlahan membuka pintu.

"Maaf bang, saya belum gajian. Kasih saya waktu sampai minggu depan. Saya beneran gak ada untuk makan sehari-hari aja saya masih mikir."

"Gua gak mau tau, gua udah sering kasih lu waktu. Atau.."

Kedua mata si penagih hutang itu tertuju pada kancing baju Naya yang sedikit terbuka.

"Lo mau apa?" Naya kini ketakutan

Si penagih hutang itu berusaha menyentuh tubuh Naya. Namun langsung ditepis.

"Jangan macem-macem. Jangan paksa gue, lo bisa minta baik-baik, asal lo bisa bayarin utang gue!"

Pria itu masuk dan membanting pintu.

//////

Terdengar suara pembawa berita tengah menyampaikan laporannya. Sangat jelas terdengar.

"Pemirsa sabtu pagi 2 desember 2023, warga dikejutkan oleh penemuan jasad perempuan tanpa kaki, polisi menduga pelaku pembunuhan ini hendak memutilasi korban namun gagal. Tidak sampai 24 jam polisi sudah mengidentifikasi korban yang ternyata seorang pengusaha. Jasad ditemukan oleh warga di bantaran sungai kalimede."

 Naya terbangun dari tidurnya tanpa busana dan lelaki yang bersamanya telah lenyap usai nafsunya terpenuhi. Telinganya sakit setelah tahu ponselnya lah sumber suara pembawa berita tersebut. Naya mengecek ponselnya, ada notifikasi file-file baru terdeteksi. Ia membuka file tersebut berisikan beberapa video.

Napasnya berat, matanya membelalak, sesuatu memukul dadanya saat ia menonton video seorang wanita diperkosa dan dianiaya dengan sangat kejam. Naya melempar ponselnya terkejut. Ia mulai menyadari di ponselnya tersimpan memori card yang ia temukan di tempat kerja beberapa hari yang lalu.

Dengan panik Naya mengambil kembali ponselnya dan cepat-cepat mengeluarkan memori card tersebut lalu membuangnya. Sekarang perasaannya mulai tenang, Naya kembali menyalakan ponselnya. tiba-tiba ponselnya menyala dan langsung tersambung aplikasi radio, kemudian terdengar jelas lagi si pembawa berita itu mengucap lagi. "Seorang jasad wanita ditemukan tanpa kaki." kalimat itu berulang-ulang.

Ketakutan Naya kembali mengguncang jiwanya, lalu dia berteriak histeris.

//////

Suara alarm berbunyi. Di kontrakan yang sempit, sinar mentari pagi masuk lewat celah ventilasi udara. Naya membuka mata. Lelaki sialan itu masih saja tertidur pulas setelah berhasil menggagahinya. Bergegas Naya langsung ke kamar mandi dan siap-siap untuk pergi bekerja.

Sesampainya di tempat kerja, Naya diliputi rasa gelisah, beberapa detik tubuhnya gemetaran, namun masih bisa bekerja dengan baik. Naya bersimpuh di depan mesin cuci mengambil pakaian  yang telah selesai. Beberapa detik ia terfokus pada suara mesin yang telah dipastikannya sudah berhenti. Ngilu. Kepalanya masuk ke dalam untuk memastikan, dengan mengejutkan sosok menyeramkan menarik kepalanya. Naya berteriak kencang.

"Astaga, Nay ada apa?" pekik ibu Kinanti pemilik usaha laundry ini.

Keadaan kembali baik-baik saja. Naya berhalusinasi.

"Maaf, bu. Tadi ada kecoa."

"Kamu ini, kirain kenapa. Cepat selesaikan kerjaannya, saya mau ngomong sesuatu."

Di depan meja kasir. Kinanti bersiap-siap untuk pergi melayat.

"Kamu sudah dengar beritanya, kan. Nay? Ibu Nani mati mengenaskan."

Muka Naya masih sangat tertekan membayangkan mimpi itu, memori itu.

"Ibu Nani orang baik, orang jahat mana yang tega membunuhnya, ibu Kinanti pernah bilang kalau semua adik-adik ibu tidak pernah akur. " jawab Naya sedikit gemetar.
"Saya akan ke pemakaman tapi bukan sebagai keluarga." ujarnya dengan penuh dendam.

//////

Memory card itu di buangnya ke tempat sampah setelah beberapa jam ditemukan. Bahkan setelah tahu kematian ibu Nani, adik kandung dari ibu Kinanti pemilik usaha yang memperkerjakan Naya. Namun tiga hari sebelumnya benar-benar mengerikan seperti menemukan clue dari memory card yang terbawa mimpi. Menyalin bunga tidurnya berkali-kali seakan terjebak. Naya membayangkan lagi salinan mimpi yang memperlihatkan isi benda kecil tersebut, ada foto-foto seorang wanita yang berdarah karena kakinya ditebas.

Pukul lima sore, Naya bersiap diri untuk pulang. Dia berpamitan pada rekannya yang menggantinya menjaga. Setelah tiba di lorong kontrakan. tidak ada orang satupun, petang itu rasanya sangat gelap. Di ujung lorong dia melihat perempuan yang duduk tanpa kaki membelakangi Naya. Perempuan itu merintih kesakitan. Naya gemetar dan mencoba tenang, halusinasinya seolah nyata. Otaknya langsung berpikir memory card itu adalah kunci. Dengan menyeret napasnya dia membalikan badan dan mempercepat langkahnya menuju tempat di mana ia menemukan benda tersebut.

Naya kembali lagi di tempat itu dan mengacak-acak tempat sampah, dia mengambil memori itu dan memasukan ke ponselnya. Anak buah kinanti memergoki Naya tengah memeriksa file yang mencurigakan, dan sama seperti di mimpinya file itu berupa video penyiksaan ibu Nani. Naya menangis bingung, tubuhnya bergetar dan tidak tahu harus melakukan apa.

"aku harus melaporkan ini, suapaya aku nggak dihantui ibu Nani lagi!"

Tiba -tiba dari belakang, Naya dipukul dengan balok kayu oleh salah satu dari mereka dan menyandranya ke gudang rahasia.

//////

"TOLONG!!!" pekik naya dengan tangan yang terikat tali.

Hari mulai malam, mata lelah membuatnya berkedip. Ketika ada beberapa orang datang, Naya memicingkan mata dan mulai bicara dengan sangat tegas  ketika tahu yang datang adalah ibu kinanti.

"Saya ngga tahu apa yang sudah saya lakukan, kesialan apa yang saya alami selama ini, kenapa ibu ngelakuin ini?"

"Karena kamu sudah mencuri memory card itu dan tahu semuanya, terpaksa saya harus mengamankan kamu. Saya harus pastiin kamu tidak akan berani untuk macam-macam." suara lantang ibu Kinanti.


"Ibu bukan manusia!" pekik Naya

"Saya tidak punya pilihan selain membunuh kamu!" tambahnya dengan merasa tidak berdosa.

"Membunuh saya nggak bikin ibu berhenti berbuat dosa, kan. Saya juga nggak ada gunanya lagi hidup, gimana kalau saya yang akan bunuh kalian semua." 

Naya melempar pemantik yang menyala itu ke arah tumpukan kaleng yang berisi puluhan liter cairan kimia. Malam hari terlihat kobaran api melahap semuanya.

"JANGAN NAY!!!" seketika gudang itu meledak.

Sementara itu Naya dengan keadaan setengah gosong dan banyak luka bakar, menyeret tubuhnya perlahan dan meminta tolong dengan suara rendah sangat ringkih. Dipikirnya, dia akan ikut mati tapi Tuhan menyelamatkan. Sekali lagi. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun