Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Samuel and A Woman With Red Dress

3 Desember 2022   19:07 Diperbarui: 3 Desember 2022   19:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: food-service.de

Seorang perempuan berumur sekitar 23 tahun bernama Jessica menggandeng adik laki-lakinya yang berumur 9 tahun bernama Samuel, berjalan menuju sebuah restoran cepat saji.

Kedua ekspresi kakak-beradik itu saling bersitegang. Seperti sedang menyimpan masalah.

"Lepaskan tanganku!" bocah itu melepas genggaman kakaknya. "Aku masih mampu berjalan normal dan penglihatanku baik-baik saja." Tambahnya.

"Okay! Aku hanya biasa menggenggam tangan adik-adikku ketika berjalan bersisian." Jessica meresponnya hangat.

"I'm your brother. Memangnya ada yang lain?"

"Are you jealous?" tanya perempuan itu.

"Tidak, cuma ingin tahu." Sekarang ekspresi Samuel menjadi kesal.

Mereka sampai di tujuan.

"Okay, we are here." Jessica bersikap riang.

"McD? Why?" tanya Samuel.

Jessica menyuruh Samuel untuk memilih meja makan yang dia sukai. Dengan muka cemberut, Samuel memilih meja makan yang dekat dengan pintu keluar sebelah kanan. Dan kemudian menyebutkan pesanannya.

"Cheese burger and milkshake, please."

"OK, Tuan kecil. Pergilah ke kursimu dan aku akan memesan apa yang kamu inginkan." Jessica menuju meja order dan Samuel mulai duduk di kursi nyamannya.

10 menit kemudian, mereka sudah berpapasan di meja makan. Jessica mulai membuka laptopnya. Sementara Samuel memulai percakapan.

"Kenapa kau membawaku ke sini?"

"Oh, adik. Apa kau tidak merasa lapar? I'm seriously, we need to talk." Mata Jessica fokus pada laptopnya sementara mulutnya menyerocos.

"Apa yang sudah kuperbuat?" Tanya lagi Samuel.

"Aku sungguh tidak mengerti anak seusiamu bisa menebak situasi apa yang tengah terjadi saat ini. Ayolah, Sam perbuatanmu seolah menginterogasi bocah itu.... Itu tidak etis."

"Lalu, bagaimana yang etis menurutmu?" Samuel bernada agak bercanda.

"Asal kau tahu aku harus membujuk Mrs. Anne, our neighbor. Untuk memaafkan perbuatanmu."

"Aku hanya melakukan perbuatan yang benar. Anaknya membully temanku di sekolah, dan tidak mau mengaku. Karena itu aku datang ke rumahnya untuk memintai alasan kenapa anak itu tidak mau mengakui perbuatannya di depan guru." Lantang Samuel

"Astaga, ini benar-benar bukan tugasmu."

"Lalu apa yang benar? Aku diam saja?" Samuel menggertak.

"Sekarang aku terkejut, dan menyadari bahwa aku mempunyai adik laki-laki yang sikapnya melampaui sikap orang dewasa."

"This is not a bad thing, I guess. Ini proses pendewasaan." Respon Samuel enteng.

"Look, kau mempunyai aku, seharusnya kau bercerita terlebih dahulu tentang apa yang terjadi di sekolah sampai kau mencoba menyelinap ke rumah Mrs. Anne."

"Aku sama sekali tidak menyelinap." Samuel membantahnya.

Yang sebenarnya terjadi adalah Samuel diam-diam datang ke rumah Mrs. Anne untuk memintai pertanggung jawaban atas kenakalan anaknya bernama Marco. Samuel menjelaskan kronologi Marco membully teman baiknya di sekolah. Karena terus ditekan, Mrs. Anne tidak terima atas tuduhan Samuel yang terkesan mengada-ngada dan tanpa bukti apa pun.

"Kau sering menggertakku, aku tidak tahu kau bisa menggertak orang lain juga." Jessica menggodanya.

"Aku tidak melakukan itu. Aku hanya bicara tegas." Ucap Samuel lantang dan tanpa beban apa pun.

"You're kid, honey."

"Kau sama saja dengan ayah. Selalu tidak pernah mendengarkan aku." Sekarang Samuel malah memurung.

Suasana menjadi hening, raut wajah keduanya sangat buruk.

"Samuel, semenjak ibu sudah tidak bersama kita lagi, aku ikut bertanggung jawab atas dirimu. Ayah juga."

"Jangan bicarakan dia padaku." Samuel agak marah, tetapi malah terkesan menggemaskan.

"Tujuanku membawamu ke sini adalah membuatmu tenang, dan memberikan nasihat yang baik untukmu. Tapi kau malah menceramahiku. Dan merasa sangat pintar, aku akui kalau tindakanmu bukan sesuatu yang salah. Tapi sudah lama kita tidak bicara seperti ini semenjak Ayah menggertakmu seminggu yang lalu." Jelas Jessica

"Aku sudah lupakan semua itu. Boleh pinjam ponselmu?" perasaan Samuel sedikit tenang dan merasa butuh ponsel.

"Ya, kau punya 15 menit."

Situasi mulai menghangat ketika keduanya saling meminta maaf.

Jessica tengah menulis sebuah scenario film pendek yang menjadi hasratnya baru-baru ini karena sebuah konten asusila yang viral di media sosial.

Diam-diam Samuel membuka riwayat browser kakaknya dan membaca keras-keras judul dari artikel yang dia favoritkan di chrome.

"Pelaku Konten Asusila yang Tengah Viral Ternyata Memiliki  Kepribadian Ganda."

Jessica sedikit terkejut dan merebut ponselnya.

"Your time is over."

"Sejak kapan kau tertarik dengan artikel seperti itu, red dress? kau memakai tank top bewarna merah dan jaket merah jambu?" tanya Samuel.

"Astaga, ini bukan urusanmu."

Jessica sedikit panik dan fokusnya terpecah belah, sementara waiters datang dan menyajikan makanan yang telah di pesan. Jessica menyuruh Samuel makan tanpa bersuara apa pun. Jessica ingin membuat sebuah film pendek yang terinspirasi dari konten viral di media sosial yang berjudul gaun merah. 

Video asusila lebih tepatnya, setelah ditangkap media mengungkapkan kalau perempuan yang di video itu memiliki kepribadian ganda. Jessica awalnya tidak pernah tertarik dengan konten viral yang di media sosial, baginya konten semacam itu hanyalah sampah. Sama sekali tidak kreatif dan Jessica sangat paham motif para pelaku membuat konten seperti itu, apalagi kalau bukan soal uang.

"Jelek sekali, aku bisa membuat ini jauh lebih baik. Sebuah film pendek memakai gaun merah. Of course, kita bisa mengambil tema tentang trauma, pelecehan, atau tema-tema yang mengisahkan orang-orang yang berjuang hidup dengan pekerjaan yang dibenci semua orang. Mungkin dengan adegan asusila yang sangat tipis tapi diarahkan menjadi sebuah visual yang keren. Mungkin film pendekku tidak akan viral, yang mungkin saja mendapat penghargaan jika aku mendaftarkannya di film festival. Ini hanya pendapatku."

Jessica dan Samuel menyudahi makan siangnya di restoran itu. Mereka keluar dengan keadaan kenyang. Dan tiba-tiba Samuel mengungkapkan sebuah pertanyaan untuk dirinya sendiri.

"Setelah apa yang aku lakukan , apa mungkin aku mempunyai kepribadian ganda?"

"Hah?" Jessica mengerjap.

"Talk to my hand, kid!" tambah Jessica.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun