I want to tell you about memories. About my childhood when I was in elementary school.
Setelah beberapa kali melewatinya. (sebuah sekolah dasar di ujung jalan sebuah kota kecil). Aku melihat banyak perubahan yang terjadi pada tempat itu. Dari tiap ruangan kelas yang biasa saja menjadi beberapa lantai dengan koridor yang modern dan agak klasik, tetapi wah.
Aku ingat sekali di bagian belakang ada sebuah perpustakaan. Dulu aku sangat rajin mengunjungi tempat itu dan meminjam minimal dua buku setiap harinya untuk dibaca di rumah. Aku lebih sering membaca buku ensiklopedia atau hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan alam.
Persis di belakang kelas 4 dan 5 berjejer pohon Nangka yang amat rimbun, ternyata setelah 20 tahun pohon-pohon itu masih berdiri kokoh. Tempat itu menjadi sangat memorable ketika aku mengingat seorang teman Bernama Jakob. Dulu badannya gemuk dan tak heran selalu menjadi korban bullying dan body shaming. Honestly, aku tidak pernah membully dia. Karena aku tahu, kami sama. Yeah.you know. Korban bully paling bisa berteman dengan sesama korban bully. Aku memang korban, tapi setelah puluhan tahun aku berpikir kalau dirikulah penyebab semua ini,penampilan, gestur, cara bicara dan lain-lain yang memancing perhatian besar para  pelaku bully atau orang-orang yang merasa paling pintar yang punya kuasa, sangat kuat di dalam lingkungan sekolah. Hanya opini pribadi, namun stay strong. Bukan kah setiap anak memiliki keunikan masing-masing? Dulu aku bangga diberikan hukuman bernyanyi di depan teman-teman walaupun semuanya menertawakanku. Aku menganggapnya sebuah keunikan, tapi malah menjadi boomerang. But, I still gorgeous, right. I have brave and shine, haha, I guess. Ini hanya segelintir cerita, kenyataannya lebih banyak dan sulit dilupakan juga sulit untuk diungkap kejujurannya.
I love my life. Walaupun terkesan tak punya apa-apa. Tapi menjadi bagian penting dalam operation sebuah restoran ternama di seluruh dunia adalah sebuah hal yang patut disyukuri. Namun, malam hari pukul 21.00, hujan deras ditambah angin kencang membuatku berhenti di sebuah toko yang sudah tutup. Tempat berteduhku saat ini tak jauh dari fast food restaurant tempatku bekerja. Ugh, seharusnya aku tetap stay di sana sebelum akhirnya turun air dari langit menyerbu bumi. Setelah kemudian aku menggerutu diri, kulihat seseorang berhenti tepat di jarak satu meter dan masih di depan toko yang sama keluar dari mobilnya.
Seorang pria yang tak jauh usianya dariku sedang berdiri sambil mendobeli pakaiannya dengan jaket. Aku duduk di depan toko dan memerhatikannya beberapa detik dan pria itu balik memandangku setelah merasa diperhatikan. Dia menghambur ke arahku dengan wajah yang tak enak. Dan,
"Ada apa?"
"Tidak ada." Kataku. Aku masih bersikap tenang.
"Kau memandangku?"
"Yeah, merasa heran. Seseorang keluar dari mobilnya untuk berteduh?" jawabku.
"Boleh ikut duduk di sampingmu?"