Mohon tunggu...
Riska Dayana
Riska Dayana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi saya membaca buku fiksi dan mengenai ilmu psikologi, kepribadian saya introvert, saya hanya seorang mahasiswi biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Inklusi: Mengharmonisasikan Perbedaan dan Menghargai Perbedaan Kesempatan yang Ada

1 November 2024   23:22 Diperbarui: 2 November 2024   11:08 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tanda-tanda ini teridentifikasi, evaluasi lebih lanjut bersama tenaga profesional seperti psikolog atau konselor pendidikan dapat membantu menentukan cara terbaik dalam memberikan dukungan.

E. Cara Menangani Anak Inklusi di Sekolah

Untuk memastikan pendidikan inklusi berjalan efektif, sekolah bisa menerapkan beberapa metode berikut:

  • Penyesuaian dalam Kurikulum: Kurikulum harus disesuaikan agar fleksibel terhadap kebutuhan belajar anak. Metode pembelajaran bisa diubah agar lebih adaptif sesuai kondisi masing-masing anak.
  • Pendampingan Khusus : Anak dengan kebutuhan khusus mungkin membutuhkan pendamping untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan belajar.
  • Kolaborasi dengan Teman Sebaya: Membentuk kelompok belajar yang melibatkan semua anak tanpa terkecuali bisa membantu anak-anak inklusi merasa diterima.
  • Pelatihan untuk Guru dan Staf: Guru harus dilatih agar dapat memahami kebutuhan anak inklusi dan cara-cara efektif dalam mengajar mereka.

Dengan pendekatan yang tepat, anak dengan kebutuhan khusus dapat belajar lebih nyaman, dan lingkungan sekolah menjadi lebih inklusif. Karena berbeda dari umumnya, maka anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Untuk itu, berikut cara menangani anak berkebutuhan khusus yang bisa diterapkan, baik itu oleh orangtua, keluarga, maupun masyarakat.

F. Penanganan ABK Secara Umum

1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan anak tersebut dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas, kecewa, khawatir, marah, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta putus asa yang berlarut larut.

2. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan perilaku yang melanggar Hak Asasi Manusia. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat tidak diperbolehkan menyembunyikan atau menelantarkan anak tersebut.

3. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek kehidupan, seperti bersosialisasi di lingkungan, berekreasi, dan berkegiatan lain yang bertujuan memperkenalkan anak berkebutuhan khusus dengan kehidupan di luar rumah.

4. Anak berkebutuhan khusus bukan penyakit dan tidak menular. Oleh karena itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menyebarluaskan informasi tentang hal dimaksud, termasuk informasi mengenai prestasi atau kesuksesan yang didapat oleh anak berkebutuhan khusus.

5. Orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib memberikan pendampingan di bidang agama masing-masing, pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial.

6. Orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu mempunyai keterampilan dalam merawat dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus melalui pelatihan-pelatihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun