Dulu keluargaku sangat bahagia dan harmonis. Namun, setelah ayah tiada rasanya separuh kebahagiaanku hilang. Kini tinggal ibu satu-satunya yang kumiliki. Tak tega rasanya melihat ibu yang bekerja membanting tulang setiap harinya. Aku janji bu, aku akan membahagiakanmu!
*
Kringg (alarm berbunyi)
Seperti biasa aku bangun jam 2 pagi untuk melakukan sholat tahajud. Setelah itu, aku belajar karena sebentar lagi UN, USBN, dan SBMPTN akan kuhadapi. Dari kecil aku ingin sekali menjadi dokter. Ingin rasanya bisa membantu orang yang sedang kesulitan dengan keahlian sebagai dokter yang aku punya. Walau terkadang aku masih ragu. Haruskah aku kuliah atau bekerja membantu ibu.
Adzan subuh berkumandang, aku pun sholat subuh dan mandi untuk bersiap-siap ke sekolah. Terdengar suara ibu yang sedang batuk-batuk, kulihat ibu masih berbaring di kasur.
"Ibu, ibu kenapa?" tanyaku sambil memegang dahi ibu.
Badan ibu panas, ibu sakit. Ayo kita ke dokter bu."
"Tidak usah nak, ibu baik-baik saja. Ibu hanya perlu beristirahat sebentar. Lebih baik kamu bersiap-siap nanti terlambat."
"Aku tidak akan sekolah, aku mau menjaga ibu saja." aku sangat khawatir dengan keadaan ibu
"Tidak perlu, nanti juga ibu sembuh. Sebentar lagi kan Putri ujian."
"Tapi bu..." sanggahku