(Keesokan harinya)
Setelah Riri sampai di toko, akhirnya botol berisikan darah itu diberikan kepada pemilik toko. Tanpa berlama-lama pemilik toko berjalan menuju gudang, tempat pengolahan cat lukis. Riri pun mengikuti pemilik toko itu secara diam-diam. Dengan jelas, ia melihat pemilik toko menuang cat merah alias darah itu ke dalam kaleng cat dan menaruhnya di rak cat dengan harga yang cukup mahal dari cat-cat lainnya. Setelah itu, ia pulang dan membuat rekaman dengan kata penutupnya "Sebelum aku mengakhiri hidupku, Aku akan menyimpan rekamanku ini dalam falshdisk dan menaruhnya disela-sela cat yang tersusun di rak termasuk darah ibuku. Ucapan selamat untuk mu yang bisa menggunakan darah ini sebagai cat lukisanmu. Aku yakin, lukisan mu begitu indah. Aku harap, aku bisa ikhlas melihat kebahagianmu atas lukisan mu yang mungkin mendapat banyak pujian dari orang-orang yang menyayangimu. Jika aku ikhlas, maka aku tidak akan datang kepadamu. Jika aku datang, itu artinya aku tak rela kamu menggunakan darah ibuku (terlihat wajah Riri sedih di video itu). Namun, aku akan mencoba ikhlas. Selamat tinggal".
***
Mereka bertiga merasa bahwa yang mengganggu mereka 2 malam terakhir adalah Riri, karena ia tak rela melihat kebahagiaan ketiga sahabat itu atas kemenangannya dalam lomba lukis yang mereka ikuti. Mereka pun turut prihatin atas kejadian tragis Riri. Tanpa berpikir panjang, Andi, Roni, dan Diyon segera mengambil piala mereka kemudian membawanya ke tanah lapang dan menguburnya. Mereka berharap, Riri sudah bisa tenang di alam sana.
"Riri, kami tak mengenal mu. Kami bangga bisa mendapatkan piala ini. Tapi, piala ini lebih pantas untuk kamu dapatkan. Selamat tinggal Riri dan Ibunya. Semoga kalian bahagia di alam sana", ucap Diyon dan diaminkan oleh Roni dan Andi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H