Setelah membeli perlengkapan lukis, mereka pun bergegas ke pasar untuk mengambil foto masyarakat yang berlalu lalang sebagai gambar yang akan mereka lukis. Tak lama kemudian, mereka pulang ke rumah Diyon. Tiba di rumah Diyon, mereka langsung mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Proses melukis pun dimulai.
"Udah larut malam nih, besok kita lanjutkan lagi", ucap Roni.
"Iya, benar. Yaudah, aku dan Roni pulang dulu yah", ucap  Andi pada Diyon.
Setelah Andi dan Roni pulang, Diyon pun bergegas ke kamar untuk istirahat. Baru saja memejamkan mata, ia mendengar suara itu lagi. Suara yang sama ia dengar saat di toko perlengkapan lukis. Diyon merasa ketakutan, namun ia mencoba tetap tenang dengan menggenggam kuat selimutnya. Ia pun tertidur pulas.
***
(Suara pintu terbuka)
"Nak, mama duluan yah ke kantor. Mama ada meeting dengan klien jam 7. Jangan lupa sarapan. Mama udah siapin roti dan susu di meja", ucap Mama Diyon.
"Iya, Ma", jawab Diyon.
Andi, Diyon, dan Roni bertemu di depan gerbang sekolah. Sembari berjalan ke kelas, Andi dan Roni sedang membicarakan lomba lukis itu. Namun, Diyon hanya terdiam. Ia masih memikirkan suara aneh itu.
"Diyon, kamu kenapa sih? tumben diam aja, biasanya juga paling semangat", tegur Roni kepada Diyon sambil memukul pundaknya.
"Aa.. anu.. itu", jawab Dion sedikit kaget dan terlihat bingung.