"Ide menarik", jawab Andi.
"Kalau gitu, kita harus siapkan alat dan bahannya secepatnya", sambung Andi.
"Sip", jawab Roni dan Diyon bersamaan.
Jam pulang sekolah pun tiba dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, Roni menghubungi kedua sahabatnya itu, Andi dan Diyon.
"Halo gais, udah pada sampai rumah belum? Kita ke toko perlengkapan lukis pukul 7 malam aja yah", tanya Roni.
"Okey, bro", sahut Andi.
"Boleh, Ron. Oo iya, kita langsung ketemu di toko aja yah, gak usah kumpul dulu", ucap Diyon.
Tepat pukul 7 malam, tiga bersahabat itu sudah berada di toko perlengkapan lukis. Sembari mencari alat dan bahan yang dibutuhkan, tiba-tiba Diyon mendengar suara aneh dibalik rak cat yang berada tepat di belakangnya. Karena penasaran, Diyon pun menghampiri rak itu dan mencari tahu suara apa sebenarnya yang ia dengar. Beberapa menit kemudian, Dion tak lagi mendengar suara apapun.
"Tadi aku mendengar suara perempuan yang tertawa. Ah, sudahlah. Mungkin perasaanku saja", gumam Diyon dalam hati.
"Sepertinya sudah lengkap gais. Gimana, masih ada yang kurang gak?", tanya Roni kepada kedua sahabatnya.
"Udah nih. Cat, kuas, palet, pensil...", jawab Andi.