Mohon tunggu...
Risal Fadhil Rahardiansyah
Risal Fadhil Rahardiansyah Mohon Tunggu... Akuntan - Universitas Negeri Malang

I'm a first year accounting student at State University of Malang who has interest in Accounting, Finance, Capital Market, Marketing, Business, and also Poems. Let's connect and feel free to contact through e-mail risalfadhilrahardiansyah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ujung Selengkung Keluwung di Keriput Senyummu

1 Desember 2022   23:17 Diperbarui: 1 Desember 2022   23:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                      Ujung Selengkung Keluwung di Keriput Senyummu

                      karya: Risal Fadhil Rahardiansyah

Setelah rinai hujan menyelimuti dipan bambu,

serangkai senyum sayu semburatkan harapan semu.

Lalu di antara desir angin lembayung,

terkungkung kemolekan selengkung keluwung yang menggulung tanpa ujung.

Jemari kecil menerka-nerka dan bertanya,

"Di mana ujung rona sapta warna bermuara?"

Dihiasi binaran netra meratapi nirwana yang beranjak pudar,

gelagar deru batin menggebu-gebu kian membakar.

Terlintas jejak bayang tangan-tangan rapuh,

peluh menetaskan getirnya hidup yang hampir runtuh.

Satu yang menjadi cambuk raga yang mengakar,

"Kejar dan carilah karsa sampai ke ujung bahar."

Dihabiskannya masa-masa nirmala tanpa berlabuh,

jatuh-bangun lalu tumbuh, dihajar arus deras yang merengkuh.

Terombang-ambing, terkapar lemah, karam dalam cacian,

santapan setiap waktu tatkala menelan pahitnya pil kehidupan.

Horizon menjadi saksi bungkam dalam mengarungi nestapa,

ribuan luka menghujam di tajamnya karang-karang samudera.

Badai datang menghantam bahtera seraya menyapa,

namun jiwa raga tak ingin lagi tenggelam dalam sengsara.

Dahaga serasa binasa menghiasi dayungan biduk,

kemelut rintihan sendu bersua dalam birai lubuk.

Hanya doa terpancar dalam setiap hembusan napas,

beraharap pedar tak sia-sia hanyut di lautan lepas.

Purnama kesekian kalinya hadir tak membawa tanda-tanda,

apa yang dinanti tak kunjung hadir di hadapannya.

Harapnya sederhana, hanya keluar dari jeratan pilu di masa lalu,

dan melihat rona datang dengan secercah harapan baru

Jangkar-jangkar usang telah dibenamkan,

layar-layar terbentang lebar telah diturunkan.

Kiranya tak ada lagi sekat untuk bergeming dengan tanda tanya,

pun tak ada lagi sisa air mata untuk menangisi rentetan lara.

Awan kelabu terdengar riuh membisikkan haru-biru,

mencoba menafsirkan makna yang bersemayam di antara tulang paru-paru.

Kini tinta lama telah tergurat kering pada lembar terakhirnya,

pertanda telah usai perjalanan mengarungi lautan aksara.

Tak disangka, apa yang dicarinya telah tampak di pelupuk mata,

ujung selengkung keluwung tergores di keriput senyum senja.        

Terlihat raut-raut bahagia menyambut datangnya cita,

membawa impian setinggi cakrawala dalam dekapan kain toga.

Kediri, 12 Juli 2022

Biografi Penulis

Risal Fadhil Rahardiansyah, seorang mahasiswa tahun pertama di Universitas Negeri Malang. Fadhil, panggilan akrabnya. Lahir dan tumbuh di Kediri pada 17 Juli 2002. Saat ini Fadhil sedang menempuh perkuliahan di jurusan akuntansi. Fadhil merupakan seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam berkarya sastra melalui puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun